Konflik di Laut China Selatan Buat Hubungan China-Filipina di Persimpangan Jalan
JAKARTA - China meminta Filipina untuk "mempertimbangkan secara serius masa depan" hubungan yang "di persimpangan jalan" dalam komentar Hari Senin yang diterbitkan oleh People's Daily, surat kabar Partai Komunis yang berkuasa, di tengah ketegangan masalah Laut China Selatan.
Filipina dan China saling menuduh telah sengaja menabrak kapal penjaga pantai di jalur air yang disengketakan tersebut dalam beberapa bulan terakhir, termasuk bentrokan pada Bulan Juni yang menyebabkan seorang pelaut Filipina kehilangan jarinya.
Insiden tersebut membayangi upaya kedua negara untuk membangun kembali kepercayaan dan mengelola konfrontasi dengan lebih baik, termasuk menyiapkan jalur komunikasi baru untuk meningkatkan penanganan sengketa maritim.
"Hubungan China-Filipina berada di persimpangan jalan, menghadapi pilihan jalan mana yang harus ditempuh," kata komentar tersebut, melansir Reuters 9 September.
"Dialog dan konsultasi adalah jalan yang benar, karena tidak ada jalan keluar dari konflik melalui konfrontasi," lanjutnya.
Manila "harus mempertimbangkan dengan serius masa depan hubungan Tiongkok-Filipina dan bekerja sama dengan Tiongkok untuk mendorong hubungan bilateral kembali ke jalurnya," tambah laporan itu.
Dalam komentarnya pada hari Senin, Tiongkok menyalahkan Filipina atas "apa yang disebut sebagai masalah 'kemanusiaan'" yang menyebabkan pelaut Filipina di atas kapal yang dianggap Tiongkok sebagai "kapal yang terdampar secara ilegal" di dekat Sabina Shoal tidak memiliki akses ke pasokan, dan menambahkan bahwa "orang-orang di atas kapal benar-benar diizinkan untuk pergi."
Komentar tersebut diterbitkan dengan nama pena "Zhong Sheng", yang berarti "Suara Tiongkok", yang sering digunakan untuk menyampaikan pandangan surat kabar tersebut tentang isu-isu kebijakan luar negeri.
Beijing diketahui mengklaim hampir seluruh Laut China Selatan, termasuk bagian yang diklaim oleh Filipina, Brunei, Malaysia, Taiwan, dan Vietnam. Sebagian jalur perairan tersebut, yang dilalui perdagangan senilai 3 triliun dolar AS setiap tahunnya, diyakini kaya akan endapan minyak dan gas alam, serta stok ikan.
Baca juga:
- Presiden China, Rusia hingga Kuba Ucapkan Selamat HUT ke-76 DPRK ke Kim Jong-un
- Korea Utara Gelar Perayaan HUT ke-76 Berdirinya DPRK
- Pemimpin Oposisi Venezuela Tiba di Spanyol untuk Cari Suaka, Diplomat UE: Hari Menyedihkan Bagi Demokrasi
- Anggota NATO Rumania dan Latvia Laporkan Pelanggaran Wilayah Udara oleh Pesawat Nirawak Rusia
Pengadilan Arbitrase Tetap pada tahun 2016 memutuskan klaim luas Tiongkok tidak memiliki dasar hukum, sebuah putusan yang ditolak Beijing.
Pada Bulan Juni, Amerika Serikat menegaskan kembali komitmennya terhadap keamanan Filipina, setelah Manila menuduh Tiongkok melakukan "tindakan yang disengaja" untuk menghentikan pasokan ulang pasukan Filipina yang ditempatkan di Second Thomas Shoal yang disengketakan.