Pasar Tunggu Data Inflasi AS, Rupiah Berpotensi Kembali Menguat
JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan Senin, 9 September 2024 diperkirakan akan bergerak menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Pengamat Pasar Keuangan dan Komoditas Ariston Tjendra menyampaikan data Non-Farm Payrolls bulan Agustus yang dirilis Jumat malam dirilis lebih rendah dibandingkan ekspektasi pasar, 142.000 dibandingkan 160.000.
"Ini memperlihatkan bahwa kondisi ketenagakerjaan mulai melambat dan ini bisa mendukung kebijakan pemangkasan suku bunga acuan," ujarnya kepada VOI, Senin, 9 September.
Menurut Ariston pelambatan Non-Farm Payrolls ini tidak menggambarkan pemburukan situasi ketenagakerjaan AS karena data tingkat pengangguran dan upah rata-rata pekerja per jam masih lebih bagus dari proyeksi.
Oleh karena itu, Ariston mmenyampaikan kemungkinan rupiah menguat terhadap dolar AS hari ini masih terbuka karena ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan AS tersebut.
Untuk selanjutnya, Ariston menyampaikan pasar akan menantikan data indicator inflasi CPI AS yang akan dirilis pekan ini sebagai pertimbangan baru untuk kebijakan suku bunga acuan AS.
Baca juga:
"Kalau tiba-tiba memperlihatkan angka yang meninggi, ini bisa menyurutkan ekspektasi pemangkasan dan mendorong penguatan dollar AS," ujarnya.
Ariston memperkirakan pergerakan rupiah pada Senin, 9 September berpotensi menguat ke arah Rp15.350 dengan potensi resisten di kisaran Rp15.450.
Mengutip Bloomberg, nilai tukar Rupiah hari Jumat, 6 September 2024, Kurs rupiah spot di tutup naik 0,15 persen ke level Rp15.378 per dolar AS. Senada, kurs rupiah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) ditutup menguat 0,24 persen ke level harga Rp15.372 per dolar AS.