Eksklusif, Yenny Wahid: Simbol Geopolitik Atas Kemenangan Veddriq Leonardo
Keberhasilan atlet panjat tebing Veddriq Leonardo meraih medali emas di Olimpiade Paris bagi Yenny Wahid memiliki simbol geopolitik. Ia mengalahkan Wu Peng (China) yang meraih perak dan Sam Watson (Amerika Serikat) yang membawa pulang perunggu. Dalam pandangan Ketua Umum Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) ini, momen ini langka; Indonesia berhasil menumbangkan kedigdayaan dua negara adikuasa.
***
Kemenangan Veddriq di nomor panjat tebing speed putra ini pun mengubah konstelasi peraih juara umum Olimpiade. “Kalau yang menang atlet China, yang jadi juara umum Olimpiade adalah China, tapi karena kalah, yang jadi juara umum Amerika. Soalnya jumlah medali emasnya sama, selisihnya pada medali perak dan perunggu. Jadi Amerika harus berterima kasih pada Indonesia, hehehe,” kata Yenny tertawa.
Menurut Yenny Wahid, perkembangan panjat tebing di Indonesia memang amat pesat lima tahun belakangan. Dan ini menjadi perhatian International Federation of Sport Climbing atau IFSC yang menjadi induk organisasi panjat tebing seluruh dunia. Perkembangan pesat Indonesia ini sering dijadikan contoh oleh pengurus IFSC dalam memotivasi negara yang ingin mengembangkan cabor panjat tebing.
Keberhasilan Veddriq di ajang Olimpiade dan sejumlah atlet panjat tebing lain baik putra maupun putri di sejumlah ajang yang digelar bisa menjadi contoh bagi pemuda Indonesia yang berminat menekuni olahraga ini.
“Veddriq Leonardo bisa meraih emas Olimpiade Paris. Asal mau, rajin berlatih dan tekun, bisa kok. Kalau bercita-cita jadi atlet panjat tebing profesional, berlatihlah di klub terdekat dan hubungi pengurus federasi di tingkat provinsi agar bisa dibina dan diarahkan. Anak muda kalau ada kemauan pasti ada jalan,” kata Yenny.
Satu hal yang dilakukan FPTI dalam membantu merencanakan masa depan atlet adalah mengundang penasihat keuangan untuk memberikan saran pada para atlet berprestasi yang meraih bonus di berbagai kejuaraan bisa menginvestasikan hadiahnya dengan tepat. Tujannya agar bisa berguna di hari tua.
“Lewat penasihat keuangan, kami membantu atlet dalam mengelola bonus yang ia terima. Mungkin ada yang mau investasi dalam bentuk emas, tanah, saham, dll. Ini yang kita bantu arahkan. Jadi uangnya bisa terus berkembang dan bisa menjamin hari tuanya,” ujar Yenny Wahid kepada Edy Suherli, Bambang Eros, Irfan Meidianto, dan Dandi Januar saat singgah di kantor VOI, Tanah Abang III Jakarta Pusat, belum lama berselang. Inilah petikannya.
Selamat untuk cabor panjat tebing yang menyumbangkan 1 emas di Olimpiade Paris. Awalnya, berapa target yang dipasang untuk olimpiade ini?
Alhamdulillah, terima kasih. Awalnya kami memasang target dua medali emas, satu untuk putra dan satu putri. Namun akhirnya yang tercapai hanya satu medali emas lewat Veddriq Leonardo. Persaingannya amat ketat untuk bisa mendapatkan medali. Raihan satu emas ini menjadi sumbangan yang berarti dan sangat menghibur kita semua. Veddriq (4,75) berhasil menundukkan pesaing yang amat tangguh di nomor speed putra; Wu Peng dari China (4,77) meraih perak dan Sam Watson dari Amerika (perunggu).
Uniknya, karena ini sistem gugur, saat berjuang memperebutkan medali perunggu, Sam Watson justru memecahkan rekor dunia di nomor speed putra ini dengan catatan 4,74. Panjat tebing itu menarik, tidak serta merta yang tercepat yang akan dapat medali. Atlet kita sering begitu, di babak kualifikasi berhasil memecahkan rekor, namun tak berhasil melaju karena sistem gugur.
Ini adalah momen pertama panjat tebing mendapat emas, kita harapkan menjadi tradisi untuk olimpiade berikutnya.
Aamiin, semoga bisa menjadi kenyataan di olimpiade berikutnya. Kami mohon doa dan dukungannya. Mempertahankan gelar itu lebih berat, bagi Veddriq ini adalah beban. Saya yakin dengan karakter dia, dia anak yang cukup stabil. Kalau sudah punya target, dia akan berupaya dengan tekun dan konsisten pada targetnya. Dia sudah menyiapkan diri untuk meraih emas di Olimpiade Los Angeles 2028.
Secara usia, apa dia masih memungkinkan?
Masih memungkinkan, dia baru 27 tahun. Kita juga punya atlet yang usianya lebih senior dari Veddriq, namanya Aspar Jailolo (37). Dia masih bisa naik podium di beberapa kejuaraan dunia. Atlet dari Iran, Reza Alipur, juga sudah senior. Tantangannya memang berat kalau sudah senior. Mereka harus berhadapan dengan yang masih muda. Reza di Olimpiade Paris berhasil masuk 8 besar.
Seharusnya atlet-atlet kita seperti Kiromal Katibin, Alpian, dll., bisa lebih cepat dari Reza Alipur. Tapi olimpiade ini menerapkan sistem kuota; tiap negara hanya bisa mengirimkan dua atlet putra dan dua putri. Kalau tanpa kuota, delapan atlet pun bisa kita penuhi.
Mengapa atlet putri di olimpiade kali ini belum bisa menyumbangkan medali? Padahal dalam beberapa kejuaraan prestasinya membanggakan?
Olahraga itu ada faktor X. Dari segi kemampuan teknis, atlet putri kita jago, mental juga sudah oke. Tapi saat bertanding, ternyata kalah. Jadi memang belum garis tangannya, ini namanya takdir. Desak Made Rita Kusuma Dewi itu target kita bisa perak atau perunggu. Saat bertanding, tangannya mengayun terlalu jauh saat hendak menyentuh papan sensor. Jadi kalah cepat dari lawannya yang tangannya tidak mengayun. Padahal kecepatannya sama. Selisihnya sedikit sekali.
Apakah FPTI sudah melakukan evaluasi menyeluruh pasca Olimpiade Paris?
Untuk evaluasi resmi dengan duduk bareng itu belum, karena masing-masing masih sibuk dengan berbagai aktivitas. Veddriq pulang ke Pontianak dan dia diarak di sana atas kemenangan ini. Lalu banyak atlet dan pelatih kita yang menyiapkan diri untuk menghadapi PON, mereka mempersiapkan untuk membela provinsinya masing-masing. Kemarin kita mengirimkan 20 anak ke China untuk ajang Youth Championship. Ini untuk regenerasi dan kita terus mencari bibit baru agar bisa menjadi penerus yang sudah senior.
Kemarin sempat bertemu Presiden Jokowi di HUT RI di IKN Nusantara, seperti apa respons dia?
Saya cerita kepada Pak Jokowi. Kemenangan Veddriq ini ada dampak geopolitiknya juga. Pertama, bendera Indonesia bisa dikibarkan paling tinggi di atas bendera China dan Amerika. Secara simbolis ini luar biasa, Indonesia mengalahkan dua negara superpower. Jarang ada momen seperti ini. Kedua, Veddriq itu mengalahkan atlet China. Kalau yang menang adalah atlet China, yang jadi juara umum Olimpiade adalah China, tapi karena kalah, yang jadi juara umum adalah Amerika. Soalnya jumlah medali emasnya sama, selisihnya pada medali perak dan perunggu. Jadi Amerika harus berterima kasih pada Indonesia, hehehe.
Berhasil di Olimpiade itu prestise bagi banyak negara. Karena sebuah negara dianggap maju dan superpower saat berhasil meraih medali di Olimpiade. Karena itu Amerika, China, dll., banyak menginvestasikan SDM dan dana untuk mendukung prestasi olahraga atletnya. Pembinaan yang dilakukan panjang, mulai dari mencari bibit sampai pelatihan yang berkesinambungan.
Kebanggaan sekali saat lagu kebangsaan bisa berkumandang di ajang Olimpiade.
Ya, itu saat lagu "Indonesia Raya" dinyanyikan kami terharu semua dan menangis. Tercapai mimpi dan perjuangan berlatih selama ini.
Saat di IKN, apa lagi yang disampaikan Presiden Jokowi?
Presiden bercanda, kalau begitu harus minta bonus ke Amerika karena Veddriq mengalahkan atlet China sehingga Amerika juara umum. Saya bilang Pak Jokowi yang melobi, saya tidak bisa melakukannya sendiri. Begitulah suasananya. Tapi setelah kita dapat emas itu, saya dapat ucapan selamat dari Dubes Amerika yang baru sebulan bertugas, Kamala Shirin Lakhdhir.
Bicara soal bonus, untuk peraih emas ini dapat berapa banyak dan kapan akan diberikan?
Peraih emas dapat Rp6 miliar, perunggu Rp1,65 miliar. Sementara pelatih yang atletnya meraih emas mendapat bonus Rp2,75 miliar, dan pelatih yang atletnya meraih medali perunggu akan mendapatkan Rp675 juta. Kapan akan diserahkan, kami menunggu mekanisme kenegaraan untuk penyerahan bonus ini.
Pihak swasta apakah memberikan bonus juga?
Saya sedang berusaha mendekati kolega dan relasi untuk memberikan apresiasi bagi atlet kita yang sudah mengharumkan nama bangsa dan negara. Rentang waktu atlet untuk produktif itu sangat terbatas. Momen ini harus dikapitalisasi sehingga atlet bisa menabung untuk hari tuanya. Sehingga saat tua bisa menikmati kerja kerasnya.
Ada banyak atlet yang di hari tuanya merana, apa lagi yang dilakukan federasi?
Kami mengundang penasihat keuangan untuk memberikan bantuan kepada atlet dalam mengelola bonus yang ia terima. Atlet dibantu mengalokasikan dananya sesuai dengan target masing-masing. Mungkin ada yang mau investasi dalam bentuk emas, tanah, saham, dll. Ini yang kita bantu arahkan. Jadi uangnya bisa terus berkembang dan bisa menjamin hari tuanya.
Jadi ini peran banyak pihak, termasuk negara juga hadir memikirkan masa depan atlet?
Untuk masa depan atlet, sulit mengharapkan negara. Kehadiran negara dalam cabor panjat tebing itu terasa dalam dukungan pelatnas. Kita dibangunkan fasilitas wall climbing skala internasional. Kami berterima kasih atas dukungan ini.
Baca juga:
Selama ini pola pembibitan dan rekrutmen atlet panjat tebing seperti apa?
Kami bekerja sama dengan pengurus provinsi untuk menggelar kejuaraan kelompok umur. Yang usia 14 tahun sudah boleh ikut. Dari sana kita pantau mana yang bagus, lalu kita rekrut untuk pembinaan lebih lanjut. Veddriq itu ditemukan di ajang PON, lalu diajak masuk pelatnas. Saat ini ada 20 atlet yang masuk pelatnas.
Jadi kita tak kekurangan atlet ya?
Insya Allah, persediaan atlet kita banyak, ya lewat perekrutan berjenjang di daerah. Meski begitu, kita masih terus merekrut yang baru. Di antara yang masuk pelatnas itu ada persaingan yang kuat meski mereka bersahabat. Semua termotivasi dengan prestasi yang diraih Veddriq.
Untuk orang tua yang ingin tahu apakah anaknya berbakat di panjat tebing, caranya bagaimana?
Suruh anaknya mencoba wall climbing, kalau anaknya ada minat bisa ikut di klub panjat tebing terdekat. Soalnya kalau latihan di klub, keselamatannya terjaga. Jangan latihan sendiri, itu riskan. Bisa berakhir tragis kalau memaksa latihan sendiri. Kalau dilakukan dengan pelatih, panjat tebing ini olahraga yang aman.
Di kawasan ASEAN atlet panjat tebing kita paling jago, bagaimana dengan tingkat dunia?
Kita termasuk negara yang paling atas prestasinya. Kita masuk tiga besar dunia. Atlet kita sangat disegani. International Federation of Sport Climbing atau IFSC melihat lompatan prestasi Indonesia, grafiknya terus naik. Kemenangan Veddriq di Olimpiade Paris itu amat ideal. Mereka melihat perkembangan panjat tebing di Indonesia di semua sisi bagus, kalau di Olimpiade kalah, biasanya ada penurunan yang tajam. Indonesia bisa jadi contoh di banyak negara. Sekjen IFSC pun mengatakan ke banyak negara soal perkembangan bagus panjat tebing di Indonesia.
Dalam lima tahun kepemimpinan saya di FPTI, perkembangannya amat serius. Kami melakukan bidding untuk kejuaraan dunia dan kita berhasil, yang sudah 20 tahun tak pernah tembus. Kita gelar kejuaraannya di Jakarta. Sangat tidak mudah menggelarnya dan berhasil. IFSC bilang ini salah satu kejuaraan dunia panjat tebing di Jakarta (2023) termasuk yang terbaik.
Apa indikator terbaik itu?
Di antaranya fasilitas yang kita sediakan. Lalu lokasi lomba yang unik. Biasanya kejuaraan dunia berlatar belakang alam atau pegunungan. Kita bikin di kawasan urban dengan latar belakang kawasan SCBD Sudirman. Jarang yang bikin di urban setting. Saat dilakukan di malam hari dengan penerangan yang apik, hasil fotonya luar biasa cantik. Foto itu dijadikan sampul untuk majalah panjat tebing. Ini amat membanggakan kita. Antusiasme penonton kita juga tinggi untuk ajang ini. Semua terharu setelah kejuaraan ini selesai.
Semoga keberhasilan Veddriq dan atlet panjat tebing lainnya bisa menjadi pemicu bagi yang lain untuk berprestasi.
Ya, semoga prestasi ini menginspirasi anak muda yang lain untuk melakukan hal yang sama. Kalau serius kita pasti bisa. Dan juga menginspirasi pemda-pemda untuk membangun fasilitas panjat tebing, karena federasi sendiri tidak mampu. Untuk standar SMA kisaran Rp100 juta atau kurang sedikit sudah bisa. Tapi untuk standar internasional memang agak mahal, kisarannya sudah miliaran rupiah.
Apa saran Anda untuk anak muda yang mau ikut panjat tebing?
Panjat tebing ini untuk semua kalangan, siapa pun boleh. Atlet-atlet kita tak semuanya dari kalangan berada. Mereka punya semangat, punya cita-cita, berlatih serius dan akhirnya meraih prestasi. Veddriq bisa meraih emas Olimpiade Paris. Asal mau, bisa kok. Kalau bercita-cita jadi atlet panjat tebing profesional, berlatihlah di klub terdekat dan hubungi pengurus federasi di tingkat provinsi. Agar bisa dibina dan diarahkan. Anak muda kalau ada kemauan pasti ada jalan.
Inilah Hidup Seimbang Ala Yenny Wahid
Boleh saja kesibukan menumpuk sebagai Ketua Umum Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI), komisaris perusahaan, dunia politik, serta organisasi sosial. Namun, Yenny Wahid tak pernah lupa akan perannya sebagai seorang istri dan ibu dari ketiga anaknya, serta hak dirinya untuk bisa healing dan menikmati hobinya. Inilah hidup yang seimbang ala putri Presiden RI keempat, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.
Hidup ini, kata dia, harus seimbang. “Memang harus seimbang dalam hidup, karena kalau kita hanya mengejar sesuatu terus, ibaratnya seperti orang mengejar layangan. Akhirnya, kita lupa untuk meluangkan waktu duduk menikmati air terjun yang indah,” ujar perempuan kelahiran Jombang, Jawa Timur, 29 Oktober 1974.
Rehat sejenak itu memang diperlukan sebelum kembali berlari mengejar target hidup. “Healing itu sangat penting, dan saya memiliki banyak hobi yang harus dilakukan agar bisa tetap waras. Hobi saya adalah membaca, berkebun, menanam bunga, dan meluangkan waktu dengan keluarga dan teman-teman,” ujar Yenny yang suka menanam tanaman seperti mawar, aglonema, sansevieria, dan lain-lain.
Dia meluangkan waktu untuk merawat tanaman, memberi pupuk, membuang daun yang layu, dan sebagainya. “Saya juga suka berdiskusi dengan teman yang ahli tanaman soal tips agar tanaman lekas tumbuh dan berbunga. Duh, kalau tanamannya berbunga, senangnya bukan main. Pulang dari luar kota dan disambut bunga yang bermekaran adalah kebahagiaan tersendiri,” lanjut Yenny yang memiliki koleksi tanaman di setiap sudut rumah, termasuk kamar mandi dan kamar tidur.
“Saya ngobrol, lho, dengan tanaman saya. Biarin aja dianggap orang gila, hehehe. Terus, kalau mau pergi, saya main dulu dengan tanaman saya. Saat pulang, agak gimana kalau ada tanaman yang layu. Begitu deh yang saya lakukan dengan tanaman,” ujar perempuan bernama lengkap Zannuba Ariffah Chafsoh.
Olahraga Saya Sekarang Jalan Kaki
Sempat menekuni olahraga crossfit dan kickboxing, namun sempat cedera. Kini, Yenny Wahid masih menjalani terapi teratur dari dokter. Ia juga meluangkan waktu untuk tetap bergerak dengan jalan kaki, seperti arahan dokternya.
“Sekarang, karena usia dan sempat cedera tulang punggung, olahraga yang saya lakoni adalah jalan kaki saja. Saya masih terus terapi sembari menurunkan berat badan,” kata Yenny yang sempat menjadi koresponden The Sydney Morning Herald dan The Age (Melbourne) sebelum terjun ke pentas politik.
Apa yang dialaminya seperti lingkaran setan. Sakit membuat malas bergerak, akibatnya bobot tubuh bertambah. “Ini harus didobrak. Kita harus disiplin, mengatur pola makan, dan terus bergerak. Bergerak itu adalah fitrah manusia. Ada target yang harus dicapai, bisa target materi, emosi, dan juga spiritual,” terang penerima anugerah Walkley Award karena liputannya soal Timor Timur pasca-referendum.
Dalam bidang spiritual, dia ingin meningkatkan ibadah rutin yang dilakukan setiap hari. “Setiap orang pasti ingin dekat dengan Tuhan, sesuai dengan agama yang dianut. Kalau saya, ya salatnya harus lebih baik, khatam Al-Qur'an, zikir, dan puasanya ditingkatkan,” ungkap Direktur Wahid Institute.
Keluarga Tetap yang Utama
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, dia sudah berkomitmen untuk mengutamakan urusan keluarga. “Kalau ada acara anak saya di sekolah yang bentrok dengan kegiatan di luar, saya akan prioritaskan menghadiri acara anak,” katanya mencontohkan. “Kecuali yang dadakan dan saya tidak bisa, saya akan koordinasi dengan suami. Tapi 75% urusan anak-anak masih saya yang tangani, termasuk mengerjakan PR anak-anak,” lanjut istri dari Dhohir Farisi ini.
Kepada anak muda, Yenny berpesan untuk menjadi diri sendiri. “Pertama, dalam hidup harus punya target, dengan target itu jalan hidupnya lebih tertata. Yang kedua, semua yang kita lakukan harus mendapat ridho dari orang tua. Ini mutlak, karena tanpa ridho orang tua, kita akan menemukan banyak hambatan. Doa orang tua akan membuka jalan kesuksesan,” katanya serius.
“Anak muda suka bereksperimen dan mengalami frustrasi. Itu hal yang wajar. Orang tua dan anak-anak harus berkomunikasi satu sama lain agar tercipta saling pengertian. Saya selalu mendengarkan anak saya kalau dia mau cerita. Dia mau marah, boleh, asalkan cara dia mengekspresikan perasaan itu harus baik. Tak boleh banting pintu, teriak, atau merusak,” ujarnya sembari menambahkan bahwa baik anak maupun orang tua jangan malu meminta maaf kalau salah.
Yenny Wahid selalu ingat pesan dari Gus Dur. “Bapak berpesan untuk menjadi diri sendiri, jujur, jangan menyakiti orang lain, memperlakukan orang dengan setara, dan menghormati semua orang, bukan karena latar belakang sosial, ekonomi, politik, dan lain-lain, tetapi menghormati setiap orang sebagai manusia. Ini pesan bapak yang saya tanamkan juga kepada anak-anak saya,” pungkasnya.
"Kami mengundang penasihat keuangan untuk memberikan bantuan kepada atlet dalam mengelola bonus yang ia terima. Atlet dibantu mengalokasikan dananya sesuai dengan target masing-masing. Mungkin ada yang mau investasi dalam bentuk emas, tanah, saham, dan lain-lain. Ini yang kami bantu arahkan. Jadi uangnya bisa terus berkembang dan bisa menjamin hari tuanya,"