PM Palestina Bahas Kondisi di Gaza dengan Koordinator Khusus PBB saat Korban Tewas Capai 40.405 Jiwa
JAKARTA - Perdana Menteri Mohammad Mustafa dan Koordinator Khusus PBB untuk Proses Perdamaian Timur Tengah, Tor Wennesland, membahas perkembangan terakhir dan koordinasi bersama untuk memperkuat upaya bantuan di Jalur Gaza, saat korban tewas di wilayah kantong Palestina itu terus bertambah.
Dalam pertemuan Hari Minggu di Ramallah, keduanya membahas upaya untuk menghentikan genosida yang dilancarkan terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza, serta agresi di Tepi Barat.
Mereka juga membahas intervensi pemerintah bantuan yang berbasis di Gaza, rencana untuk memperluas operasi bantuan darurat setelah agresi di Jalur Gaza berhenti, pemulihan layanan dasar, reintegrasi dan konsolidasi lembaga-lembaga nasional dan program rekonstruksi yang komprehensif, lapor kantor berita WAFA seperti dikutip 26 Agustus.
Dalam pertemuan di Dewan Keamanan PBB pada Hari Kamis pekan lalu, Wennesland menyuarakan kekhawatiran atas meningkatnya krisis di Jalur Gaza, mengatakan "penghancuran infrastruktur sipil yang tidak beralasan memicu penderitaan dan kekerasan."
"Perang di Gaza dengan semua tragedi kemanusiaannya, risiko serius eskalasi regional dan konflik Israel-Palestina yang belum terselesaikan, serta pendudukan yang terus berlanjut berpadu untuk menciptakan situasi yang mudah meledak di Timur Tengah," jelasnya pada sesi DK PBB, dikutip dari Anadolu.
Wennesland memperingatkan, "setiap percikan atau salah perhitungan dapat memicu serangkaian eskalasi yang tidak terkendali, melibatkan jutaan orang lagi dalam konflik."
Ia menekankan kebutuhan mendesak untuk gencatan senjata segera dan pembebasan sandera di Gaza, serta upaya diplomatik untuk meredakan ketegangan dan menghidupkan kembali proses perdamaian.
Lebih jauh Wennesland menyoroti dampak yang menghancurkan dari serangan udara Israel terhadap infrastruktur sipil, termasuk sekolah dan masjid, di Gaza, dengan mengatakan "penghancuran infrastruktur sipil yang tidak beralasan memicu penderitaan dan kekerasan, yang bergema di seluruh wilayah yang lebih luas."
Di Tepi Barat, ia mencatat operasi skala besar pasukan keamanan Israel yang terus berlanjut, yang sering kali mengakibatkan pertukaran yang mematikan dan korban sipil.
Wennesland mengutuk aksi kekerasan yang dilakukan para pemukim ilegal Israel baru-baru ini di desa Palestina Jit, dan menggambarkannya sebagai "akibat kekerasan dari perluasan pemukiman" dan akibat dari kurangnya akuntabilitas yang terus-menerus.
Ia pun menyerukan diakhirinya kekerasan, perlindungan warga sipil, dan penolakan terhadap hasutan dan tindakan provokatif.
Baca juga:
- Petenis Meja Korut yang Selfie Bareng Atlet Korsel di Olimpiade Paris Jalani Pemeriksaan Setibanya di Tanah Air
- Dokter Korea Selatan Peringatkan Lonjakan Kasus COVID-19, Pemogokan Bisa Lumpuhkan Ruang Gawat Darurat
- Ahli Sebut Peretas Iran yang Serang Donald Trump Berpengalaman dan Diduga Terkait Intelijen Militer
- Presiden Taiwan: Kami Tidak Mencoba Merebut Kembali Daratan, Tapi Tidak Mau Diperintah Partai Komunis
"Kita berada di titik kritis di Timur Tengah," ia memperingatkan, seraya mendesak bahwa "keamanan dan pemerintahan harus ditangani secara bersamaan untuk mencapai perdamaian abadi," katanya.
Terpisah, laporan medis pada Hari Minggu menyebutkan sedikitnya 71 orang Palestina tewas dan 112 lainnya luka-luka dalam 24 jam terakhir.
Sementara, otoritas kesehatan setempat mengonfirmasi, jumlah korban tewas akibat serangan Israel sejak konflik terbaru pecah pada 7 Oktober 2023 telah mencapai 40.405 orang, sementara 93.468 orang lainnya mengalami luka-luka, mayoritas korban adalah wanita dan anak-anak.