Bantah Laporan Pembicaraan Tidak Langsung dengan Ukraina, Jubir Kemlu Rusia: Tidak Ada Negosiasi

JAKARTA - Rusia pada hari Minggu membantah laporan serangan Ukraina di wilayah Kursk telah menggagalkan pembicaraan tidak langsung dengan Kyiv, untuk menghentikan serangan terhadap target energi dan listrik, mengatakan tidak ada pembicaraan dengan Kyiv tentang fasilitas infrastruktur sipil.

Washington Post melaporkan pada hari Sabtu, Ukraina dan Rusia akan mengirim delegasi ke Qatar bulan ini untuk merundingkan perjanjian penting yang menghentikan serangan terhadap infrastruktur energi dan listrik kedua pihak yang bertikai.

The Post mengatakan, perjanjian itu akan menjadi gencatan senjata sebagian, tetapi pembicaraan itu digagalkan karena serangan Ukraina terhadap wilayah kedaulatan Rusia.

"Tidak ada yang membatalkan apa pun karena tidak ada yang perlu dibatalkan," kata Maria Zakharova, juru bicara kementerian luar negeri Rusia, tentang laporan itu, melansir Reuters 18 Agustus.

"Tidak ada negosiasi langsung atau tidak langsung antara Rusia dan rezim Kyiv tentang keselamatan fasilitas infrastruktur penting sipil," tegasnya.

Pemerintah Ukraina tidak segera menanggapi permintaan komentar Reuters. The Post melaporkan, Kantor Kepresidenan Ukraina mengatakan, pertemuan puncak di Doha telah ditunda karena situasi di Timur Tengah dan akan berlangsung dalam format konferensi video pada 22 Agustus.

Baik Rusia maupun Ukraina sama-sama menuduh satu sama lain menyerang infrastruktur sipil dalam perang tersebut. Keduanya membantah telah melakukan tuduhan yang disangkakan.

Zakharova kemudian mengutip pernyataan Presiden Vladimir Putin yang pada 12 Agustus mempertanyakan pembicaraan apa yang mungkin dilakukan dengan Ukraina, setelah serangan daratnya terhadap Rusia dan apa yang dikatakannya sebagai serangan terhadap infrastruktur sipil Rusia.

"Tidak ada yang perlu dibicarakan dengan orang-orang yang melakukan hal-hal seperti itu," kata Zakharova.

Diketahui, Rusia melancarkan invasi skala penuh ke Ukraina dua setengah tahun lalu dan sekarang menguasai sekitar 18 persen wilayahnya di timur dan selatan.

Pada 6 Agustus, Ukraina melakukan serangan lintas batas dengan tentara yang didukung tank dan kendaraan lapis baja ke wilayah Kursk Rusia. Itu menjadi serangan militer pertama ke wilayah Rusia sejak Perang Dunia II.

Pekan lalu, Panglima Militer Ukriana Kolonel Jenderal Oleksandr Syrskyi mengatakan, mereka telah membuka kantor militer di Kursk yang dikepalai Mayor Jenderal Eduard Moskalyov.