Junta Tepis Rumor Kudeta di dalam Militer Myanmar
JAKARTA - Rezim militer Myanmar menepis rumor pemimpin junta Jenderal Min Aung Hlaing telah digulingkan dalam kudeta internal.
“Rumor palsu ini disebarkan melalui akun media sosial palsu dan media yang merusak negara untuk mengganggu hukum dan ketertiban,” kata junta Myanmar dilansir ANTARA dari Anadolu, Rabu, 14 Agustus.
Di tengah tindakan keras terhadap media independen di negara Asia Tenggara tersebut, sebagian besar informasi mengenai Myanmar dilaporkan oleh situs berita yang dikelola oleh orang-orang Myanmar yang diasingkan.
Namun, menurut laporan Myanmar Today, banyak akun media sosial pro rezim menanggapi rumor tersebut dengan serius dan menyatakan bahwa Min Aung Hlaing telah mengundurkan diri secara sukarela karena masalah kesehatan.
Rumor itu muncul setelah laporan terbaru Mekanisme Investigasi Independen untuk Myanmar yang menyatakan ada “bukti signifikan tentang kejahatan perang yang lebih intensif dan kejam, seperti serangan udara terhadap sekolah, bangunan keagamaan, dan rumah sakit di mana tidak ada target militer yang jelas,termasuk pemenggalan kepala dan peragaan umum tubuh yang cacat dan dimutilasi secara seksual.”
“Kami telah mengumpulkan banyak bukti yang menunjukkan tingkat kebrutalan dan ketidakmanusiawian yang mengerikan di seluruh Myanmar. Banyak kejahatan telah dilakukan dengan maksud untuk menghukum dan menimbulkan teror di kalangan penduduk sipil,” kata Nicholas Koumjian, kepala mekanisme tersebut.
Baca juga:
Mekanisme Investigasi Independen untuk Myanmar dibentuk oleh Dewan Hak Asasi Manusia PBB pada 2018 untuk mengumpulkan dan menganalisis bukti kejahatan internasional paling serius dan pelanggaran hukum internasional lainnya yang dilakukan di Myanmar sejak 2011.
Pada Februari 2021, tentara Myanmar menggulingkan pemerintahan Aung San Suu Kyi yang dipilih secara demokratis dan merebut kekuasaan melalui kudeta militer.
Kudeta mengakibatkan Myanmar terjerumus ke dalam kekacauan sosial, politik, dan ekonomi yang mendalam karena tentara menindak keras pihak-pihak yang dianggap sebagai lawan.
Lebih dari 3.000 korban tewas dan lebih dari 25.000 bisnis tutup sejak kudeta tersebut.