Sebut PBNU Punya Hak Evaluasi PKB, Hanif Dhakiri Ultimatum Gus Choi: Uruslah Partai Mu Sendiri!

JAKARTA - Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Hanif Dhakiri, mengultimatum Effendi Choirie atau Gus Choi untuk mengurus partainya sendiri dan tidak ikut mengobok-obok PKB. Pasalnya, Gus Choi saat ini merupakan pengurus Partai NasDem sehingga pernyataannya dinilai dapat merusak hubungan antarpartai.

Apalagi kemarin, Gus Choi mengatakan bahwa Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) bisa mengevaluasi dan menata ulang PKB. Sebab kata dia, PKB tidak akan ada tanpa PBNU.

"Mas Effendi Choirie kan pengurus Partai NasDem. Mbok uruslah partai sendiri! Ngapain ikut obok-obok PKB? Gak etis itu! Bisa merusak hubungan antar partai," ujar Hanif Dhakiri kepada wartawan, Kamis 8 Agustus.

Menurut Hanif, perilaku Gus Choi yang mengobok-obok PKB bisa dilaporkan langsung kepada Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh.

"Nanti kita laporkan ke Bang Suryo Paloh selaku Ketum NasDem, biar dikenakan disiplin partai," tegasnya.

Menteri Ketenagakerjaan era Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo itu mengamini pernyataan Gus Choi yang mengatakan bahwa PKB dan Nahdlatul Ulama (NU) tidak memiliki hubungan struktural. Hanif mengatakan, PKB dan PBNU memang punya entitas berbeda.

"PKB partai politik yg dipayungi UU partai politik, NU ormas yg dipayungi UU Ormas. Masing-masing memiliki kedaulatan organisasi, punya AD/ART sendiri, serta punya tugas dan tanggung jawab sendiri-sendiri. Jadi ya jangan saling ganggu, jangan ada penyerobotan, harus saling menghormati," kata Hanif.

Hanif mengingatkan, penyerobotan termasuk tindakan melawan hukum. Terlebih, salah satu pendiri PKB yakni Wapres RI Maruf Amin juga berkata demikian.

"Melawan hukum tuh kalau ada yg main serobot. Kan gitu. KH Ma'ruf Amin, Pak Wapres kita dan salah satu pendiri PKB, juga menegaskan hal yang sama," ucap Hanif.

Hanif pun mengaku bingung melihat PBNU sekarang. Menurutnya, PBNU di bawah kepemimpinan Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) dan Saifullah Yusuf (Gus Ipul) aneh.

"Saya juga tidak tahu, apa yang sebenarnya terjadi dengan PBNU di bawah pimpinan mereka berdua, hingga NU terbelit banyak masalah, lalu marwah dan citranya jatuh di mata publik," kata mantan Ketua Umum Garda Bangsa itu.

Hanif juga heran, Gus Yahya dan Gus Ipul rajin kampanye peradaban dan perdamaian, tapi memantik perpecahan antar sesama warga NU.

"Katanya mau high politics tapi malah sibuk ngurusin politik praktis dan mau ngerusak PKB. Ini kan paradoks dan ironis. Saya tidak bisa membayangkan sedihnya para muassis (pendiri) NU melihat kenyataan NU saat ini," pungkas Hanif.

Sebelumnya, Politikus NasDem Effendi Choirie (Gus Choi) menyebutkan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) punya hak untuk mengevaluasi, mengoreksi dan menata ulang Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Sebab PKB didirikan oleh PBNU atas aspirasi warga Nahdlatul Ulama (NU) yang ingin memiliki kendaraan politik.

Hal itu disampaikan Gus Choi usai memberikan keterangan terkait hubungan PKB dengan PBNU kepada Pansus di gedung PBNU, Jakarta Pusat, Rabu, 7 Agustus.

Menurut Gus Choi, kehadiran PKB hingga saat ini punya keterkaitan erat dengan PBNU sebagai pendirinya. Pasalnya, PKB didirikan oleh Ketua Umum PBNU pertama Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Bahkan Ketum dan Sekjen PBNU saat ini, yakni Gus Yahya dan Gus Ipul juga memberikan KTP-nya untuk mendaftarkan PKB ke Departemen Kehakiman.

"Jadi saudara-saudara, berarti kehadiran PKB yang ada sekarang ini tetap terkait dengan NU. Nah NU sebagai pendiri, maka kesimpulannya yang mendirikan PKB berarti PBNU yang merepresentasikan warga NU," tegas Gus Choi.

PBNU menurut dia, punya hak untuk mengevaluasi perjalanan PKB dan mengoreksi serta menata ulang PKB jika partainya warga NU ini melenceng dari khittah NU 1926.

"Maka dengan demikian, NU atau PBNU punya hak untuk mengevaluasi perjalanan PKB, punya hak untuk mengoreksi. Bukan ikut campur, bukan ikut campur, karena memang sejarahnya begitu, punya hak evaluasi, koreksi, atau menata ulang. Di sinilah perbedaan Partai Kebangkitan Bangsa dengan partai-partai lain," sambungnya.