Aktivis Antiperang Sekaligus Pianis Rusia Meninggal di Penjara Akibat Mogok Makan
JAKARTA - Aktivis antiperang sekaligus pianis Rusia Pavel Kushnir tewas akibat aksi mogok makan di penjara, kata ibundanya dalam kasus yang disebut Uni Eropa sebagai penindasan politik yang mengejutkan.
Kematian Pavel Kushnir pertama kali dilaporkan oleh situs berita Rusia Jumat lalu dan dikonfirmasi ke outlet independen Mediazona pada Hari Senin oleh ibunya, Irina Levina.
Saluran Telegram dengan tautan ke badan keamanan Rusia melaporkan pada Bulan Mei, Kushnir ditangkap dan dituduh menghasut aktivitas teroris, setelah mengunggah materi antiperang secara daring.
Levina mengatakan kepada Mediazona, seorang penyidik dari badan keamanan FSB telah memberitahunya, Kushnir meninggal pada tanggal 28 Juli saat berada dalam tahanan praperadilan di Birobidzhan, Timur jauh Rusia.
Tidak jelas berapa lama dia melakukan mogok makan. Levina mengatakan dia telah diberitahu, putranya disambungkan ke infus "tetapi tampaknya ini tidak cukup" untuk menyelamatkannya.
Kushnir adalah pianis konser berbakat yang pernah belajar di konservatori Tchaikovsky di Moskow.
"Kami tidak bisa membantu dan mengiriminya pengacara - kami tidak tahu. Kami tidak menulis surat dukungan - kami tidak tahu. Kami tidak membujuknya untuk mengorbankan dirinya sendiri - kami tidak tahu. Dia sendirian," tulisnya di Telegram, melansir Reuters 6 Agustus.
Rusia membebaskan delapan pembangkang dari koloni hukumannya minggu lalu bersama dengan mantan marinir Amerika Paul Whelan, jurnalis Evan Gershkovich dan Alsu Kurmasheva sebagai bagian dari pertukaran tahanan terbesar dengan Barat sejak Perang Dingin.
Baca juga:
- Josh Shapiro dan Tim Walz Disebut Jadi Kandidat Wakil Presiden Pilihan Kamala Harris
- Pengadilan Virginia Dakwa Seorang Pria yang Mengancam Wakil Presiden AS Kamala Harris
- Presiden Palestina Abbas Sebut Pembunuhan Ismail Haniyeh untuk Perpanjang Perang dan Berdampak Negatif
- Bicara dengan Presiden Biden, Raja Yordania Abdullah II Peringatkan Tindakan Sepihak Israel Rusak Prospek Perdamaian
Namun, kelompok hak asasi manusia Memorial mengatakan sekitar 333 orang masih ditahan sebagai tahanan politik di Rusia, yang telah meningkatkan tindakan keras terhadap perbedaan pendapat sejak meluncurkan invasi skala penuh ke Ukraina pada Februari 2022.
Kremlin mengatakan Rusia perlu menegakkan hukumnya untuk melindungi dari aktivitas yang mengancam dan subversif, yang sering kali dikatakan didalangi oleh Barat. Mereka menegaskan tidak mengomentari kasus-kasus individual, mengatakan itu adalah urusan pengadilan dan layanan penjara.