BPS Buktikan Industri Tekstil Lagi Tidak Baik-Baik Saja

JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional termasuk pakaian jadi mengalami kontraksi pada kuartal II-2024.

Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Moh Edy Mahmud mengatakan industri tekstil dan pakaian jadi pada kuartal II-2024 terkontraksi 0,03 persen secara tahunan atau year on year (yoy). Dan secara kuartalan atau quarter to quarter (qtq) juga kontraksi sebesar 2,63 persen.

"Jadi secara secara tahunan maupun kuartal, industri tekstil dan pakaian jadi mengalami kontraksi," ujarnya dalam konferensi pers, dikutip Selasa, 6 Agustus.

Penurunan industri tekstil semakin mengkonfirmasi bahwa terdapat tekanan yang dialami industri TPT lantaran belakangan semakin banyak PHK yang dialami oleh sektor tersebut.

Sebagai informasi, Kemenaker mencatat jumlah pekerja yang terimbas PHK di Indonesia periode Januari-Juni 2024 sebanyak 32.064 orang. Jakarta menjadi provinsi tertinggi dengan 7.469 pekerja.

Setelah Jakarta, provinsi dengan angka PHK tertinggi lainnya berasa di Banten mencapai 6.135 pekerja, Jawa Barat sebanyak 5.155 pekerja, Jawa Tengah sebanyak 4.275 pekerja, dan yang lainnya.

Selain itu, berdasarkan data Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara, sedikitnya ada enam pabrik tekstil yang telah gulung tikar dan menyebabkan lebih dari 11.000 pekerja mengalami PHK.

Adapun keenam pabrik tekstil tersebut adalah PT S Dupantex, PT Alenatex, PT Kusumahadi Santosa, PT Kusumaputra Santosa, PT Pamor Spinning Mills dan PT Sai Apparel.

Sementara Perkumpulan Pengusaha Produk Tekstil Provinsi Jawa Barat mencatat, sudah ada 22 pabrik yang tutup di daerah tersebut.