Bitcoin Sempat Merosot Jauh di Harga Rp800 Juta, Investor Kripto Auto Panik

JAKARTA - Pasar kripto kembali dilanda gelombang ketakutan, dengan para investor semakin waspada terhadap kondisi pasar yang terus bergejolak. Selama akhir pekan, komunitas kripto mengalami rollercoaster emosional, terutama setelah Bitcoin merosot di bawah angka 50.000 Dolar AS (sekitar Rp808 juta), yang memicu kekhawatiran besar di kalangan pelaku pasar.

Dikutip dari Crypto Potato, menurut data terbaru dari Alternative.me, Indeks Crypto Fear & Greed yang mengukur sentimen emosional dominan di pasar, menunjukkan angka 26/100, menandakan adanya ketakutan di kalangan investor. Angka ini menunjukkan bahwa pasar berada dalam kondisi “fear” (takut), dan jika tren negatif terus berlanjut, indikator ini bisa mendekati level “extreme fear” (ketakutan ekstrem), yang berpotensi memperburuk situasi pasar lebih lanjut.

Indeks ini mengukur lima kondisi utama emosi pasar: extreme fear, fear, neutral, greed, dan extreme greed. Alat ini digunakan oleh para pelaku pasar untuk menilai kondisi emosional yang berlaku, sehingga mereka dapat membuat keputusan investasi yang tepat.

Mengapa Investor Panik?

Penurunan harga Bitcoin baru-baru ini di bawah 50.000 Dolar AS menjadi pemicu utama kekhawatiran di pasar. Beberapa jam sebelumnya, aset kripto terkemuka ini sempat turun hingga di bawah 49.500 Dolar AS (sekitar Rp800 juta), yang merupakan penurunan signifikan pertama sejak pertengahan Februari. Penurunan ini menghapus lebih dari 500 miliar Dolar AS (sekitar Rp8 kuadriliun) dari nilai pasar kripto dalam beberapa hari terakhir.

Meskipun Bitcoin sempat pulih dan kembali ke angka 52.000 Dolar AS (sekitar Rp841 juta), ketidakpastian tetap melanda pasar. Banyak investor khawatir bahwa aset ini mungkin akan jatuh kembali. Dalam sebuah cuitan terbaru, Arthur Hayes, salah satu pendiri BitMEX, mengaitkan penurunan harga yang mendadak ini dengan tindakan penjualan besar-besaran oleh “whale” atau pemegang kripto dalam jumlah besar.

Faktor lain yang turut memicu tren bearish ini termasuk pelemahan ekonomi Amerika Serikat, ketidakpastian seputar langkah selanjutnya dari Federal Reserve AS terkait kebijakan fiskalnya, dan arus keluar yang sering terjadi dari ETF Bitcoin.

Ketakutan ini mengingatkan kembali pada peristiwa di pertengahan Juli lalu, ketika pemerintah Jerman menjual 50.000 BTC yang disita dari situs pembajakan film Movies2K. Pada saat itu, harga Bitcoin turun hingga 54.000 Dolar AS (sekitar Rp873 juta), penurunan pertama yang signifikan sejak akhir Februari.

Pasar kripto selalu dikenal dengan volatilitasnya, dan dengan kondisi saat ini, para investor menghadapi dilema besar. Apakah ini saat yang tepat untuk membeli di tengah ketakutan, atau apakah harga akan terus merosot? Ketidakpastian inilah yang membuat para pelaku pasar harus lebih berhati-hati dalam membuat keputusan investasi mereka ke depan.