Ada 203 WNI di Lebanon, KBRI Beirut Koordinasikan Langkah Kontingensi dengan Perwakilan RI di Negara Tetangga

JAKARTA - Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Beirut, Lebanon telah mengeluarkan imbauan kepada warga negara Indonesia (WNI) di negara itu, mengoordinasikan langkah kontingensi dengan perwakilan RI negara-negara tetangga, kata Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri RI.

"Ada 204 WNI di Lebanon, tidak termasuk kontingen TNI di UNIFIL (sekitar 1.232 personel)," kata Judha dalam pesan singkat kepada VOI, seperti dikutip Selasa 6 Agustus.

Dijelaskan olehnya, kontingen pasukan penjaga perdamaian PBB dari Indonesia tetap bertugas sesuai dengan komando dari UNIFIL.

Situasi di Timur Tengah yang sudah menegang akibat konflik Israel dengan Hamas di Gaza, serta saling serang Israel dengan milisi Hizbullah dan Houthi. Terancam menjadi perang terbuka yang melebar, usai tewasnya komandan senior Hizbullah Fuad Shukr akibat serangan Israel di Beirut, serta pembunuhan Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh di Teheran, Iran.

Sejumlah negara telah memerintahkan warganya untuk segera meninggalkan Lebanon, mengantisipasi perang terbuka di kawasan tersebut. Sementara, mereka yang hendak melakukan perjalanan, disarankan untuk menunda perjalanannya.

Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri RI dalam imbauannya meminta WNI untuk sementara waktu tidak melakukan perjalanan ke Lebanon, Iran dan Israel, hingga kondisi keamanan membaik.

Kemlu RI mengimbau WNI di wilayah tersebut untuk meningkatkan kewaspadaan dan mengikuti langkah kontingensi yang diarahkan oleh Perwakilan RI.

Khusus bagi WNI di wilayah Lebanon, Kemlu RI mengimbau mereka dapat segera meninggalkan wilayah Lebanon.

"Rencana kontingensi sudah disusun KBRI Beirut dan telah dikoordinasikan dengan Perwakilan RI sekitar," kata Judha.

Diberitakan sebelumnya, lonjakan penumpang terjadi di Bandara Internasional Beirut Rafic Hariri, seiring dengan imbauan sejumlah negara agar warganya meninggalkan Lebanon. Itu diikuti dengan lonjakan harga tiket pesawat, di tengah sedikitnya jadwal penerbangan akibat kekhawatiran perang terbuka.