8 Negara Ikuti Konferensi Internasional Biomassa dan Bioenergi di Bogor
BOGOR- Sebanyak delapan negara mengikuti konferensi internasional biomassa dan bioenergi (ICBB) 2024 untuk membahas ide-ide baru dalam mengembangkan produk dari energi terbarukan hasi hilirisasi di Indonesia seperti produk kelapa sawit yang bahan dasarnya melimpah. Konferensi ini dalam rangka mempromosikan "SAWIT BAIK" kepada internasional.
Konferensi diselenggarakan oleh Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi, Institut Pertanian Bogor berkolaborasi dengan International Society of Biomass and Bioenergy (ISBB) dengan dukungan dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).
Kepala Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi (SBRC) IPB Dr Meika Syahbana Rusli menerangkan, konferensi yang mengusung tema “AI Innovation and Global Collaboration for Bioenergy in the Decarbonization Era” ini menjadi kegiatan positif dalam rangka diseminasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang biomassa dan bioenergi untuk mendukung dekarbonisasi.
"Kemudian juga jadi ajang diskusi ya, bertukar pikiran berbagai stakeholsers seperti disampaikan bu Feby (perwakilan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), ada harapkan ada ide-ide baru yang bisa muncul dari konferensi ini," kata Meika, Senin 5 Agustus.
Menurut dia, konferensi ini dapat membagikan progres riset para peneliti Indonesia dan negara-negara sahabat, terutama masing-masing peneliti punya progres di dalam risetnya, saling bertukar ilmu untuk kemudian dipublikasikan secara internasional dan dapat memberi dorongan kebijakan pemerintah dalam hal biomassa dan bioenergi.
Meika menjelaskan, peserta yang hadir secara langsung diperkirakan 100 orang. Kemudian ada sekitar 100 orang lagi yang menghadiri secara daring. Sementara, terdapat tujuh orang pembicara yang mewakili tujuh negara, yakni Jepang, Malaysia, Australia, Amerika, Turki, Nigeria, Filipina.
Dari ratusan peserta konferensi, terdapat 81 paper penelitian dari enam negara telah didaftarkan, namun hanya 80 paper yang disetujui untuk dipresentasikan.
Meika pun menerangkan, bahwa bagi perguruan tinggi konferensi ini sangat berguna untuk pengembangan ilmu pengetahuan, sedangkan dari sisi pemerintah, telah menghasilkan dorongan kebijakan.
"Mengenai contoh yang sukses adalah B35, biodisel itu kan dalam rangkaian-rangkaian konferensi sebelumnya dibicarakan. Riset tentang biodisel-nya sendiri, bagaimana uji lapang, jadi beberapa kebijakan yang sudah dieksekusi pemerintahan sekarang ini, sebenarnya salah satu sumber basis informasinya adalah konferensi ini."
"Jadi memang itu, hasil desiminasi hasi riset, kemudian konsep, gagasan yang kita bisa merger juga melalui konferensi ini bisa jadi rekomendasi kebijakan bagi pemerintah nanti," terangnya.
Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi dan Pengembangan Agromaritim Prof Ernan Rustiadi menyampaikan apreasiasi terhadap kemajuan dalam hal kebijakan dari Kementerian ESDM untuk menyokong hasil penelitian di dalam negeri.
"Ya Alhamdulillah ya sejak di ESDM sekarang ada, sejak punya Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan sebagainya, sekarang banyak kemajuan ya dari sisi kebijakan. Kalau kami di perguruan tinggi tentu saja mengembangkan inovasinya, teknologinya, risetnya. Salah satunya, pusatnya pak Meika ini SBRC adalah satu pusat yang paling banyak menghasilkan riset-riset energi baru dan terbarukan, biomaterial," kata Ernan.
Baca juga:
Ernan menyampaikan sekarang bisa dibilang sistem pertanian monokultur terluas di Indonesia itu sawit dengan jumlah 16 juta hektare lebih. Akan tetapi sayangnya Indonesia masih hanya fokus memanfaatkan minyaknya saja. Di lapangan, misalnya setelah peremajaan, itu batang sawit hanya dipotong-potong direbahkan di lapangan dan sebagainya.
"Belum lagi bungkilnya dan sebagainya, tapi sekarang kita ada BPDPKS yang mendanai riset-riset ya. Di IPB pemanfaat produk sawit bermacam-macam. Ada yang sudah berbentuk kain ya, ada helm dan sebagainya. Jadi, riset-riset yang terkait pemanfaatan dari produk sawit banyak sekali gitu Alhamdulillah," ujarnya.