Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh Tewas di Teheran, Pengamat: Aib Bagi Iran
JAKARTA - Tewasnya Kepala Kantor Politik Hamas Ismail Haniyeh di Teheran, Iran, menjadi aib bagi negara itu, kata pengamat Timur Tengah Faisal Assegaf.
"Aib karena status Haniyeh ke Iran atas undangan Iran dan sebagai tamu negara. Karena itu, dia bisa bertemu presiden baru dan Ali Khamenei," jelas Faisal dalam pesan singkat kepada VOI, Rabu 31 Juli.
Ismail Haniyeh tengah berada di Teheran, untuk mengikuti pelantikan presiden terpilih Masoud Pezeshkian oleh Parlemen Iran.
Sebelumnya, Haniyeh dikabarkan bertemu dengan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei. Ia tak sendiri. Kepala Biro Politik Hamas itu hadir bersama Sekretaris Jenderal Gerakan Jihad Islam Palestina Ziyad Nakhaleh.
Setelahnya, Haniyeh dilaporkan bertemu dengan Pezeshkian sebelum pelantikan presiden digelar pada Selasa sore di Teheran.
"Mestinya kalau tamu negara, pengamanan superketat. Tapi pemimpin Hamas memang biasa bawa pengawal pribadi," jelas Faisal, saat ditanya mengenai pengamanan terhadap Haniyeh.
Kelompok militan Palestina Hamas mengatakan, pemimpin senior kelompok tersebut, Ismail Haniyeh, tewas dalam serangan usai mengikuti pelantikan Presiden Iran.
Baca juga:
- Hamas Sebut Haniyeh Tewas Usai Mengikuti Pelantikan Presiden Iran
- Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh Dilaporkan Tewas di Iran
- Tak Gentar Ancaman Israel, Presiden Turki: Mereka Tidak Dapat Menghentikan Tayyip Erdogan Menyuarakan Kebenaran
- Menlu Lebanon Tidak Menduga Israel akan Serang Beirut, Berharap Respons Hizbullah Tidak Picu Eskalasi
"Gerakan Perlawanan Islam Hamas berduka atas kesyahidan anak bangsa Palestina, bangsa Arab dan Islam, serta seluruh rakyat merdeka di dunia," kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan, melansir Mehr.
"Lebih lanjut diumumkan, Haniyeh gugur syahid di Teheran setelah berpartisipasi dalam upacara pelantikan presiden baru Iran akibat serangan berbahaya Zionis di kediamannya," lanjut kelompok tersebut.
"Bisa jadi, tapi kalau terjadi, serangan terbatas," jawab Faisal ketika ditanya respons yang mungkin diberikan oleh Iran.