Afiliasi Al Qaeda Klaim Bunuh 50 Tentara Bayaran Rusia dan 10 Tentara Mali
JAKARTA - Kelompok afiliasi Al Qaeda mengklaim membunuh 50 tentara bayaran Wagner Rusia dan 10 tentara Mali dalam penyergapan di wilayah Kidal utara Mali dekat perbatasan dengan Aljazair.
Dilansir Reuters mengutip informasi SITE Intelligence Group, penyergapan tersebut terjadi pada hari yang sama, Sabtu, 27 Juli, ketika gerakan pemberontak Tuareg yang dikenal sebagai Kerangka Strategis Permanen untuk Perdamaian, Keamanan dan Pembangunan (CSP-PSD) mengatakan mereka telah membunuh dan melukai puluhan tentara Mali dan tentara bayaran Wagner selama berhari-hari pertempuran di kota perbatasan. Tinzaouaten.
Jumlah korban tewas ini merupakan pukulan besar yang menjadi kekalahan terberat Wagner sejak mereka turun tangan dua tahun lalu untuk membantu junta Mali melawan kelompok Islam yang melancarkan pemberontakan di wilayah Sahel sejak 2012.
Mali, tempat tentara merebut kekuasaan melalui kudeta pada tahun 2020 dan 2021, mengatakan pasukan Rusia di sana bukanlah tentara bayaran Wagner, melainkan pelatih yang membantu pasukan lokal dengan peralatan yang dibeli dari Rusia.
Namun, Wagner mengatakan para pejuangnya bertempur bersama tentara Mali dari tanggal 22-27 Juli di dekat Tinzaouaten dan mengalami kerugian besar, termasuk kematian komandan mereka Sergei Shevchenko.
Beberapa blogger militer Rusia melaporkan 20 kematian Wagner.
SITE pada Minggu 28 Juli, mengutip pernyataan Jama'a Nusrat ul-Islam wa al-Muslimin (JNIM) cabang Al Qaeda yang mengatakan militannya berhasil menyergap konvoi tentara Mali dan tentara bayaran Wagner di selatan Tinzaouaten.
Tentara Mali dan pasukan Wagner disergap setelah mereka mundur dari Tinzaouaten yang mereka coba rebut dari separatis pimpinan Tuareg.
Dua sumber keamanan mengatakan konvoi tersebut diserang oleh kelompok separatis dan JNIM di daerah terpencil, namun sejauh mana koordinasi antara kedua kelompok tersebut tidak jelas.
Pihak berwenang Mali menuduh Tuareg dan kelompok jihad berkolaborasi.
Baca juga:
- Jokowi Teken PP Soal Kesehatan yang Larang Jualan Rokok Eceran
- Operasi Sikat Narkoba, Interpol Tangkap 206 Orang, Sita Obat-obatan Terlarang Senilai Rp26 Triliun
- Kremlin: Oposisi Venezuela Harus Terima Kekalahan dan Beri Selamat ke Maduro Pemenang Pemilu
- Taylor Swift ‘Terkejut’ Kasus Penikaman di Kelas Dansa yang Tewaskan 2 Anak di Southport Inggris
Sementara tentara Mali mengatakan pihaknya memulai “operasi stabilisasi” di daerah yang dilanda pemberontak pada 19 Juli dan melancarkan serangan pada 25 Juli.
Badai pasir kemudian menguntungkan lawan mereka, memungkinkan mereka berkumpul kembali di sekitar konvoi. Bentrokan dengan kekerasan terjadi dan menimbulkan banyak korban jiwa dan material, kata pernyataan itu, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Suku Tuareg adalah kelompok etnis yang mendiami wilayah Sahara, termasuk sebagian Mali utara. Banyak dari mereka yang merasa dipinggirkan oleh pemerintah Mali.
Kelompok separatis pimpinan Tuareg melancarkan pemberontakan pada tahun 2012 yang berhasil dipukul mundur hingga wilayah utara Mali yang gersang dan kemudian dibajak oleh kelompok militan Islam.