Megawati Soekarnoputri Tantang Perguruan Tinggi Kembangkan Produksi Makanan Lokal
JAKARTA - Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri menantang para peneliti dari seluruh perguruan tinggi untuk melakukan riset dalam mengolah keanekaragaman makanan nusantara.
"Saya selalu berharap para peneliti Indonesia menemukan benih unggul dan sekaligus kemampuan pengembangan teknologi proses untuk makanan nusantara yang luar biasa jenisnya. Bahkan saya mau ikut berikan insentif sebagai daya dorong bagi peneliti Indonesia,” kata Megawati dikutip dari rilis yang disebarkan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, Selasa, 23 Maret.
Megawati, lanjutnya, merupakan orang yang konsisten dalam masalah pangan.
“Tidak hanya dalam politik, dalam urusan gerakan menanam tanaman pendamping beras pun, Ibu Mega sangat konsisten. Sejak satu tahun yang lalu, Ibu Mega ternyata telah mengubah menu makanan Beliau dengan mengurangi nasi, dan mengganti dengan jagung pisang, umbi, talas, sukun dll. Pagi ini saya melihat sendiri bagaimana menu sarapan Ibu Mega terdiri dari jagung, pisang rebus, dan lumpia dengan isi kombinasi telur dan sayur-sayuran,” kata Hasto.
Hasto menambahkan, Megawati juga mengusulkan untuk menanam beras shirataki yang merupakan tanaman porang.
“Ini beras Shirataki dari Jepang. Sengaja saya minta dibeli karena ini dari Porang. Kamu kirim gambar ini ke Pak Pratik (Mensesneg), dan minta agar UGM, IPB dan perguruan tinggi lainnya melakukan riset untuk membuat produk olahan dari makanan lokal seperti bagaimana mengolah Porang dll," kata Ibu Mega penuh semangat.
Baca juga:
- Kejaksaan Tahan Eks Kepala Bulog Manokwari Tersangka Korupsi Beras Fiktif Rp. 40 Miliar
- Tak Ada Alasan Masuk Akal Impor Beras Kecuali Penuhi Nafsu Pemburu Rente
- Kabar Baik! Cadangan Beras di Bulog Cirebon Cukup untuk 13 Bulan ke Depan
- Faisal Basri: Konsumsi Beras Menurun saat Ramadan, Jadi Ngapain Impor Beras 1 Juta Ton!
Hasto menambahkan, apa yang dilakukan oleh Megawati Soekarnoputri dengan gerakan menanam tanaman pendamping beras tidak lain sebagai upaya agar Indonesia tidak perlu impor beras.
“Jalan berdikari dalam pangan harus dibangun dengan penuh rasa percaya diri. Di manapun, tugas menteri perdagangan itu menitikberatkan untuk mendorong ekspor. Jadi sangat aneh, di tengah pandemi yang seharusnya menghemat devisa, menteri perdagangan malah terus ngotot kampanye impor beras,” ujar Hasto.