RW di Tambora Gelar Sayembara Tangkap Maling, Disebut Kritik Warga untuk Pemprov DKI dan Kepolisian

JAKARTA - Ketua Komisi A DPRD DKI Jakarta Mujiyono menilai sayembara menangkap maling yang dibuat seorang Ketua RW di Tambora kepada para warganya merupakan sebuah kritik sosial.

Dalam artian, masyarakat masih merasa keamanan di lingkungan permukimannya belum terjamin. Sehingga, mereka memutuskan melakukan aksi penangkapan pelaku kejahatan sendiri.

"Menurut saya hal tersebut merupakan suatu bentuk solusi dari masyarakat karena geram dengan kondisi keamanan yang buruk. Bagi Pemerintah dan kepolisian, hal ini merupakan suatu bentuk kritik sosial dari masyarakat," kata Mujiyono kepada wartawan, Selasa, 30 Juli.

Mujiyono juga memandang fenomena ini menunjukkan masih lemahnya upaya dari Pemerintah dan Kepolisian dalam menjaga keamanan warga, terutama pada kawasan yang rawan kriminalitas.

Sehingga, Mujiyono mendesak Pemprov DKI untuk berupaya meningkatkan fasilitas penunjang keamanan di pemukiman warga.

"CCTV harus semakin banyak ditempatkan di lingkungan yang rawan kriminalitas, selain itu pengamanan lingkungan harus ditingkatkan oleh pemerintah dan masyarakat," ungkap dia.

Mujiyono juga mengkhawatirkan potensi salah tangkap oleh warga terhadap orang yang dicurigai maling di wilayah tersebut, hanya karena tergiur dengan hadiahnya.

Jika salah tangkap terjadi, hal ini justru malah membuat orang yang tidak bersalah terjerat hukuman.

"Jelas hal ini sangat rawan terjadi ekses negatif, salah tangkap, malah bisa juga demi mendapatkan hadiah maka orang yang tak bersalah bisa dituduh melakukan pencurian," tegasnya.

Informasi mengenai sayembara tangkap maling tertuang dalam bentuk banner yang tersebar di lingkungan RW 01 Kelurahan Jembatan Besi.

Dalam banner tersebut, dinyatakan warga yang berhasil menangkap maling kendaraan bermotor akan mendapat hadiah Rp1 juta pada kejadian malam hari dan Rp500 ribu pada siang hari.

Bagi warga yang berhasil menangkap jambret atau pencuri kotak amal di tempat ibadah mendapat hadiah Rp500 ribu pada kejadian malam hari dan Rp250 ribu di siang hari.

Hadiah bisa diberikan jika warga menangkap maling dengan membawa barang bukti, korban, pelaku, dan saksi ke perangkat RW 01 Jembatan Besi.

Hasanuddin, ketua RW 01 Jembatan Besi yang menginisiasinya. Alasannya membuat sayembara, dilatarbelakangi oleh keresahan warga oleh kasus-kasus pencurian. Sementara, perangkat RT dan RW sering disalahkan jika ada peristiwa itu.

"Nih kalau hilang motor nyalahin RT, kamtib, hansip. Nyalain staf RW enggak aktif segala macam. Satu bulan itu ada 4 kejadian motor. Jadi pusing laporan ke kita, kan. Kita berpikir di situ," ungkap Hasanuddin kepada wartawan.

Karenanya Hasanuddin memutuskan untuk membuat sayembara dengan hadiah yang ia rogoh dari kantongnya sendiri.

"Ini kan saya atas dasar inisiatif sendiri dan rembukan. Masalahnya kan di dana. Saat rembukan, mereka tanya ini siapa yang bayar, ya saya bilang saya yang bayar. Enggak usah urunan. Saya yang adain program saya yg bayar. Yang penting semua RT kerahkan anak muda daripada nongkrong enggak jelas," imbuhnya.