DPR Sajikan Kopi Tangma dari Papua untuk Delegasi Parlemen Pasifik
JAKARTA - DPR coba menampilkan wajah Indonesia kepada delegasi Sidang ke-2 Indonesia- Pacific Parlementary Partnership (IPPP) yang baru rampung. Mulai dari sajian kopi khas Papua, hingga field trip ke Kebon Raya Bogor.
Di lokasi pertemuan yang diselenggarakan di Fairmont Jakarta, DPR menghadirkan nuansa Papua sebagai dekorasi. Seperti diketahui, sebagian negara Kepulauan Pasifik anggota IPPP memiliki kesaamaan dengan masyarakat Papua sebagai rumpun Melanesia.
Selain menampilkan berbagai produk UMKM Papua seperti produk makanan sagu dan tas dari kulit kayu, terdapat booth yang menyajikan kopi Papua dengan merk Kopi Tangma. Biji kopi Tangma ditanam langsung oleh petani-petani dari Papua, yang kemudian hasilnya dijual dalam sistem koperasi, baik kepada konsumen maupun pelaku industri.
“Wow, this is great,” kata salah satu delegasi di sela-sela Sidang ke-2 IPPP saat mencicipi Kopi Tangma.
Menurut pemilik bisnis Kopi Tangma, Bobby Alatas, ia mengawali bisnisnya karena sang istri berasal dari Papua. Saat ia mencoba kopi lokal ternyata rasanya sangat enak. Ia pun berinisiatif mengajak warga setempat bekerja sama untuk menanam biji kopi dengan melakukan pembinaan bersama Pemda.
“Banyak pertanian rakyat yang kurang tertata dengan baik, knowledge kurang. Saya dan teman-teman memberi penyuluhan dan pelatihan bekerja sama dengan dinas pertanian. Pendampingan dari hulu ke hilir,” jelas Bobby.
“Sekarang petani jual ke koperasi dan bisa langsung business to business (B2B) aja. Produksinya sekarang udah jauh lebih baik tapi kita ingin agar semakin bagus karena Papua itu the best kopi. Jadi harapannya Kopi Papua bisa menjadi nomor 1 di dunia, baik kualitas maupun kuantitas,” sambungnya.
Kebudayaan Papua pun menjadi tema dalam Sidang ke-2 IPPP, terlihat dari penampilan budaya saat pembukaan konferensi dan jamuan makan kepada delegasi. Salah satunya adalah tari-tarian asal Bumi Cenderawasih tersebut.
Tampak pula penerima tamu yang menggunakan baju adat Papua, dan tak sedikit delegasi Sidang ke-2 IPPP yang berfoto bersama mereka. Tamu delegasi juga berkunjung ke booth-booth produk UMKM Papua.
Selain menghadirkan nuansa Papua, DPR juga mengajak delegasi field trip ke ke Institut Pertanian Bogor atau IPB University dan Kebun Raya Bogor pada Jumat 26 Juli kemarin. Kegiatan ini sebagai salah satu sarana pertukaran informasi dan pengalaman Indonesia kepada negara-negara Pasifik untuk semakin mengeksplor potensi alam.
Filed trip tersebut dipimpin Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP) Fadli Zon didampingi oleh Wakil Ketua BSKAP Putu Supadma Rudana. Kunjungan ini memberikan wawasan praktis tentang inovasi, teknologi, dan penelitian di bidang pangan maritim biosains yang mendorong masa depan yang lebih sejahtera, stabil, dan berkelanjutan.
Baca juga:
- Program Makan Gratis di Tengah Klientelisme Politik di Tanah Air Tercinta
- Penghapusan Jurusan IPA, IPS, dan Bahasa di Jenjang SMA Berikan Siswa Kebebasan, tapi Sulit Diimplementasikan
- Mengenal Natrium Dehidroasetat, Zat Pengawet yang Viral setelah Penemuan Kasus Roti Tak Berjamur
- IKN Nusantara, Kota Tanpa Demokrasi yang Berpotensi Jadi Distopia Jika Salah Kelola
“Field trip ini dilakukan sebagai salah satu upaya mempererat hubungan antar Parlemen Indonesia dengan negara-negara Pasifik. Saya kira ini satu bentuk yang sangat efektif dan penting untuk dilakukan," ujar Fadli Zon.
Di IPB, Ketua dan anggota parlemen negara-negara Pasifik peserta Sidang ke-2 IPPP mengunjungi Science and Techno Park di mana IPB juga berfokus pada pertanian, pangan, kelautan, dan biosains tropis yang lekat dengan karakter negara-negara Pasifik.
Fadli mengatakan, field trip itu menghadirkan peluang signifikan untuk mengeksplorasi solusi inovatif dan memperkuat upaya kolaboratif di bidang-bidang tersebut. Menurutnya, delegasi terkesan dengan inovasi produk-produk kelautan yang dilakukan IPB.
“Misalnya produksi rumput laut yang dijadikan lotion dan berbagai turunan yang lain, termasuk kerajinan dari bambu untuk Tumbler. Mereka mempunyai produk-produk itu yang diserap oleh industri dan dibuat oleh industri,” terangnya.
“Para ketua parlemen yang hadir dan anggora delegasi lainnya sangat senang, bagi mereka ini istilahnya eye opening. Membuka mata mereka bahwa sebenarnya banyak yang bisa dilakukan. Contoh inovasi itu memberikan inspirasi bagi mereka,” sambung Fadli.
Para delegasi juga disebut menyatakan keinginan untuk menjalin kerja sama lebih lanjut dengan IPB University di masa depan. Dengan semangat kolaborasi internasional, kata Fadli, inovasi di IPB University diharapkan dapat memberikan dampak positif yang lebih luas dan bermanfaat bagi Indonesia dan negara-negara Pasifik.
“Parlemen tidak dapat bekerja sendiri, sinergi dengan pemerintah dan pemangku kepentingan lain seperti universitas sebagai sektor pendidikan juga sangat penting,” ungkap Anggota Komisi I DPR RI itu.
Lebih lanjut, delegasi pun mendapat penjelasan dari Rektor IPB Prof. Ari Satria bahwa Science and Techno Park IPB juga berfungsi sebagai inkubator bagi lebih dari 400 perusahaan rintisan (start-up) start up. Parlemen negara-negara Pasifik tak hanya belajar mengenai proses produksi, tetapi juga pemasaran untuk produk-produk yang dihasilkan.
"Ini dapat memperkuat peran IPB sebagai jembatan antara akademik dan industri. Mereka berharap ke depannya, Indonesia semakin banyak memberikan beasiswa bagi mahasiswa-mahasiswa dari negara-negara Pasifik seperti Papua Nugini, Solomon Island, Tonga dan lain-lain,” sebut Fadli.
IPB sendiri saat ini telah memberikan beasiswa kepada 8 mahasiswa dari negara-negara Pasifik. Fadli mengimbau agar lebih banyak beasiswa diberikan untuk mahasiswa dari Pasifik, mengingat kesamaan sejarah dan budaya dengan Indonesia.
“Melalui kerjasama ini, kita berharap hubungan antara Indonesia dan negara-negara Pasifik semakin erat dan produktif. Saya kira ini satu bentuk yang sangat efektif dan penting karena bisa menjembantani terbentuknya saling pengertian antar-bangsa,” tuturnya.
Setelah dari IPB, delegasi IPPP kemudian diajak mengunjungi Kebon Raya Bogor. Sambil menikmati udara Kota Hujan yang sejuk, para delegasi terlihat antusias berkeliling Kebon Raya Bogor melihat berbagai koleksi tanaman, seperti varietas anggrek.
Menurut Fadli Zon, field trip ke Kebon Raya Bogor pun membuka peluang kerja sama baru antara negara anggota IPPP. Salah satunya adalah pengembangan varietas-varietas tanaman yang memiliki agroklimat yang sama dengan daerah-daerah Pasifik.
"Ini untuk best practice kemudian juga mungkin membuka untuk kerja sama kerja sama lain. Setelah datang ke Kebon Raya Bogor, mereka mengaku jadi banyak ide. Misalnya di negara Fiji, mereka baru punya varitas bambu itu tiga, mereka ingin kita bantu lah supaya varietas bambunya lebih banyak yang bisa digunakan," ujar Fadli.
Selain melihat varietas Anggrek, delegasi yang hadir juga diajak berkeliling ke Kebon Raya seluas 87 hektare tersebut, termasuk melihat Istana Presiden yang ada di dalam Kebon Raya Bogor. Para delegasi sendiri merasa terkesan dengan hosting DPR dalam penyelenggaraan konferensi IPPP ke-2.
“Dari pertama kali kami datang, kami merasa sangat diterima dan tidak menyangka bahwa akan disambut sebegitu baiknya. Kami mengapresiasi keramahan dari orang-orang Indonesia,” kata salah satu delegasi Sidang ke-2 IPPP, Gloria Guttenbeil Pole’o di sela-sela acara.
Gloria yang merupakan delegasi dari Parlemen Tonga mengaku ingin bisa lebih lama berasa di Indonesia. Ia juga berterima kasih kepada DPR yang menginisiasi forum ini.
“Forum ini dilaksanakan dengan sangat sempurna, semuanya sangat baik dan profesional dan saya ucapkan selamat karena penyelenggaraannya sangat luar biasa,” jelasnya.
“Kami belajar banyak tentang protokoler dan Standar di Indonesia, baik anggota parlemen dan stafnya. Kami akan kembali lagi untuk belajar dan kami akan mengadaptasi serta mempraktikkan itu ke negara kami,” tutup Gloria.