Berpotensi jadi Produsen Sagu Dunia, Menperin: Kendala di Alur Rantai Pasok Bahan Baku

JAKARTA - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan bahwa Indonesia berpotensi untuk menjadi produsen sagu dunia. Namun, ada beberapa kendala yang harus dihadapi salah satunya alur rantai pasok bahan baku sagu.

Dia menuturkan, Indonesia memiliki lahan sagu seluas 5,5 juta hektare (ha) atau kurang lebih 85 persen lahan sagu di dunia. Namun, pemanfaatannya masih kurang dari 4 persen.

Adapun berdasarkan data Kementerian Pertanian (Kementan) pada 2022, luas lahan yang dimanfaatkan hanya seluas 112.000 ha dengan total produksi 386.000 ton.

Selain itu, area sagu tersebut masih didominasi oleh perkebunan rakyat dengan presentasi penguasaan lahan sebesar 94,34 persen dan berkontribusi dalam produksi sagu sebesar 99 persen.

"Infrastruktur perkebunan rakyat ini masih sederhana, bahkan sangat sederhana dengan fasilitas penunjang yang sangat minim. Hal ini menyebabkan rantai suplai sagu dari hulu ke hilir menjadi terbatas, bahkan sangat terbatas," ujarnya dalam sambutannya pada acara Simposium Nasional Industri Pengolahan Sagu di Gedung Kementerian Perindustrian, Jakarta, Senin, 29 Juli.

Lebih lanjut, kata Agus, peningkatan produksi sagu juga harus didukung dengan keterampilan atau sumber daya manusia (SDM). Menurut dia, SDM untuk pengembangan industri pengolahan sagu dinilai masih minim sehingga perlu mendapat perhatian lebih.

"Oleh karena itu, ini perlu perhatian khusus untuk mempercepat peningkatannya," ungkap dia.

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) pun berkomitmen untuk terus meningkatkan hilirisasi komoditas sagu, yakni dengan pengembangan diversifikasi produk, fasilitasi kerja sama antara industri pengolahan sagu dengan industri pengguna, mendorong program sertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) serta program restrukturisasi mesin dan peralatan bagi industri pengolahan sagu.

Selain itu, Kemenperin berupaya untuk selalu bersinergi dengan pemangku kepentingan lainnya dari pusat maupun daerah sebagai langkah mendorong percepatan pengembangan industri pengolahan sagu.

Dirinya mengatakan, edukasi terhadap komoditas sagu sangat diperlukan guna meningkatkan popularitas industri sagu di Indonesia.

Menperin Agus menilai, rendahnya popularitas menjadi penghambat proses pengembangan dan riset, sehingga potensi komoditas sagu sulit untuk dioptimalkan.

"Kami perlu edukasi bahwa sagu dapat menjadi alternatif, sumber karbohidrat dan tentu industrinya dapat dikembangkan agar indonesia dapat menjadi salah satu pemasok pati terbesar di dunia," ujar Agus.