Penembak Jitu, Penyelam, AI Amankan Upacara Pembukaan Olimpiade Paris
JAKARTA - Pasukan keamanan Prancis akan berada di atas air, di atap rumah dan mengoperasikan kamera yang dilengkapi AI (kecerdasan buatan) untuk mengamankan pusat kota Paris selama upacara pembukaan Olimpiade pada Jumat (26/7) dengan tujuan mencegah insiden yang tidak diinginkan.
Langkah-langkah tersebut hanya menceritakan sebagian dari upaya besar yang dilakukan untuk melindungi parade sungai di sepanjang Sungai Seine, yang merupakan pertama kalinya upacara pembukaan Olimpiade Musim Panas digelar di luar stadion.
Sekira 45.000 polisi dan petugas paramiliter akan bertugas, bersama dengan 10.000 tentara dan 20.000 penjaga keamanan swasta.
Total area yang memerlukan tindakan pengamanan adalah lebih dari enam kilometer di sepanjang Sungai Seine dan akan menampung sekitar 300.000 penonton yang memiliki tiket, serta ratusan ribu penduduk dan wisatawan lainnya di gedung-gedung yang menghadap ke sungai.
Zona larangan terbang selebar 150 kilometer di sekitar Paris akan diberlakukan satu jam sebelum upacara dimulai pada pukul 19.30 waktu setempat atau Sabtu (27/7) pukul 00.30 WIB, menghentikan atau mengalihkan semua penerbangan di salah satu bandara tersibuk di Eropa tersebut
"Upacara pembukaan ini adalah hal paling luar biasa yang dapat dilakukan suatu negara," kata Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin, seperti disiarkan AFP dilansir ANTARA, Rabu, 24 Juli.
"Seperti yang Anda ketahui, dalam konteks geopolitik dan terorisme saat ini, ini merupakan tantangan yang sangat besar."
Jumlah peralatan dan personel khusus menggambarkan sulitnya mengamankan lingkungan yang berisiko tinggi seperti itu -- sebuah lokasi terbuka dengan air berarus deras, dan ratusan bangunan berada di sepanjang sungai.
Semua itu terjadi pada saat Perancis berada dalam kewaspadaan maksimum terhadap serangan teror.
"(Jaminan) keamanan 100 persen tidak ada," kata mantan kepala kepolisian Prancis Frederic Pechenard.
"Semakin besar, semakin sulit dan kompleks suatu lokasi, semakin tinggi pula risikonya."
Keamanan ketat
Penembak jitu polisi diatur ditempatkan di setiap titik tinggi di sepanjang rute, memindai calon penembak. Upaya pembunuhan terhadap calon presiden AS Donald Trump pada 14 Juli menjadi contoh kasus untuk lebih fokus dalam keamanan.
Kapal Angkatan Laut dengan penyelam dan sonar telah memindai kedalaman air untuk mencari bahan peledak atau upaya penyusupan, sementara 85 kapal yang ikut dalam parade dan kapal lainnya yang ditambatkan di sepanjang rute telah diperiksa oleh anjing pelacak dan ahli penjinak bom.
Lalu lintas sungai akan dihentikan di kedua arah, dengan memasang pembatas dan jaring yang dapat dijatuhkan ke dasar saluran air jika diperlukan.
Konsep Sungai Seine untuk upacara pembukaan pada awalnya ditentang oleh beberapa pejabat senior keamanan dan digambarkan oleh kriminolog Prancis Alain Bauer sebagai "kegilaan kriminal" pada 2022.
Rencana awal untuk menghadirkan hingga satu juta penonton di tepi sungai telah dikurangi.
"Risikonya tidak berubah dan menjadi lebih buruk karena perang di Ukraina, situasi di Israel dan Gaza serta ketegangan sosial, lingkungan dan politik di Prancis," kata Bauer.
"Ini ide yang bagus, namun memiliki biaya dan konsekuensi yang besar."
Sejak pekan lalu, pusat kota Paris diubah menjadi benteng, dengan penghalang logam menutup kedua tepi Sungai Seine. Hanya penduduk dan orang-orang dengan pemesanan hotel yang diizinkan masuk ke area dengan level keamanan yang tinggi.
Tentara Prancis akan bertanggung jawab atas operasi anti-drone, menggunakan teknologi peperangan elektronik tercanggih di negara itu.
"Drone sekarang menjadi risiko nyata dan itulah sebabnya tindakan diambil," kata mantan kepala unit komando polisi RAID Jean-Michel Fauvergue.
Drone yang dioperasikan oleh pasukan keamanan juga akan menjadi alat utama untuk memantau aktivitas mencurigakan, sementara kamera yang dilengkapi AI -- teknologi baru yang diterapkan secara kontroversial di Prancis untuk pertama kalinya -- akan memindai kerumunan.
Baca juga:
Ketegangan
Prancis sering menjadi sasaran kelompok teror Islam selama dekade terakhir, dengan serangan terhadap majalah Charlie Hebdo, gedung konser Bataclan, dan stadion nasional, yang akan digunakan untuk atletik selama Olimpiade.
Sebuah cabang dari kelompok ISIS di Afghanistan, menurut Presiden Emmanuel Macron, merencanakan serangan terhadap Prancis pada Maret, dan akun media sosial yang berafiliasi dengan ISIS telah rutin mengeluarkan ancaman.
Menteri Dalam Negeri Prancis, mengatakan empat tersangka yang diyakini merencanakan serangan terhadap Olimpiade telah ditangkap.
Konteks internasional, khususnya perang di Gaza, telah meningkatkan ketegangan.
"Jika Anda melihat sejarah serangan teror Islam, Anda melihat bahwa setiap kali ada ketegangan, perang asing, maka ada konsekuensinya di negara kita," kata Pechenard, mantan kepala polisi.
Fauvergue mengatakan pasukan Prancis dapat diandalkan, sebagai contoh turnamen sepak bola Euro 2016, yang diselenggarakan oleh Prancis, ketika Eropa menghadapi serangkaian bom bunuh diri.
"Ancamannya tinggi tetapi Euro tetap dipertahankan dan kami tidak mendapat serangan," ujar Fauvergue.