Tegaskan Bukan Serangan Siber, CrowdStrike Percepat Pemulihan Sistem Windows yang Terdampak
JAKARTA - Hingga saat ini, CrowdStrike, penyedia perangkat lunak keamanan siber, masih melakukan perbaikan terhadap perangkat dengan sistem Windows tidak bisa bekerja sejak 19 Juli lalu.
Dalam pernyataan terbarunya, perusahaan mengatakan bahwa mereka sedang menguji teknik baru untuk mempercepat perbaikan sistem yang terdampak. Untuk itu, pelanggan yang terdampak diminta untuk mengikuti perintah yang diperlukan.
“Kami sedang dalam proses mengoperasionalkan keikutsertaan dalam teknik ini. Pelanggan didorong untuk mengikuti Peringatan Teknis untuk mendapatkan informasi terkini saat terjadi dan mereka akan diberi tahu saat tindakan diperlukan,” tulis CrowdStrike pada Senin, 22 Juli.
Sejak masalah itu berlangsung, CrowdStrike secara aktif membantu pelanggan yang terdampak oleh cacat pada pembaruan konten terbaru untuk host Windows, host Mac dan Linux tidak terdampak.
Masalah tersebut akhirnya dengan cepat telah diidentifikasi dan diisolasi, dan perbaikan telah diterapkan. Perusahaan juga menegaskan bahwa masalah ini bukan diakibatkan oleh serangan siber.
“Masalah tersebut telah diidentifikasi dan diisolasi, dan perbaikan telah diterapkan. Ini bukan serangan siber,” tegasnya.
Baca juga:
- Gangguan Siber di Australia Akibat Pembaruan Perangkat Lunak CrowdStrike Falcon
- Pembaruan CrowdStrike yang Bikin Aktivitas Windows di Seluruh Dunia Lumpuh
- Apple Tegaskan Penggunaan Subtitle YouTube untuk Pelatihan AI Hanya untuk Proyek Open Source
- Kegagalan Besar Microsoft: Apa yang Bisa Dipelajari untuk Mencegah Kejadian Berikutnya?
Terakhir, mereka juga meyakinkan pelanggan bahwa CrowdStrike beroperasi secara normal dan masalah ini tidak memengaruhi sistem platform Falcon mereka.
“Kami memahami beratnya situasi ini dan sangat menyesal atas ketidaknyamanan dan gangguan yang ditimbulkan. Tim kami dikerahkan sepenuhnya untuk memastikan keamanan dan stabilitas pelanggan CrowdStrike,” tutup pernyataan tersebut.
Sebelumnya dllaporkan, insiden ini menyebabkan 8,5 juta perangkat dengan sistem Windows tidak bisa bekerja pada 19 Juli karena Blue Screen of Death (BSOD).