Stafsus Menteri BUMN soal Kimia Farma Tutup 5 Pabrik: Tidak Efisien

JAKARTA - Staf Khusus (Stafsus) Menteri BUMN Arya Sinulingga mengatakan, pabrik PT Kimia Farma (Persero) Tbk yang ditutup karena tidak efisien.

Masih kata Arya, pabrik yang dibangun perseroan tersebut terlalu banyak.

“Kan kita tahu ini adalah pabrik lama yang udah lama yang enggak efisien, mereka harusnya cuma 5 ya ada 10 gitu,” katanya ditemui di Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis, 18 Juli.

Sekadar informasi, PT Kimia Farma (Persero) Tbk (KAEF) berencana untuk menutup lima dari 10 pabrik yang dimiliki. Penutupan pabrik ini akan dilakukan secara bertahap.

“Sejak awal juga dia memang enggak pernah ini, selalu dia under kapasitas. Jadi, emang di sini enggak perlu bangun pabrik sebanyak itu,” sambungnya.

Arya menambahkan, manajemen Kimia Farma saat ini tengah menyusun langkah yang saling menguntungkan (win-win solution) tanpa merugikan kedua belah pihak.

“Lagi disusun sama temen-temen dari manajemennya Kimia Farma, kan ada konsekuensi dari penutupan pabrik kan, pasti ada konsekuensi kan. Pasti ada hal-hal yang berhubung sama karyawan juga,” tuturnya.

Sebelumnya, Direktur Produksi dan Supply Chain Kimia Farma, Hadi Kardoko menjelaskan bahwa penutupan pabrik atau rasionalisasi fasilitas produksi dilakukan demi reorientasi bisnis, restrukturisasi keuangan, dan efisiensi.

Hadi mengatakan dengan penutupan pabrik ini harapannya dapat menurunkan biaya operasional, sehingga bisa meningkatkan efisiensi perusahaan.

“Saat ini utilisasi kita, kurang dari 40 persen, dan nanti dengan penataan ini akan mengkatkan utilisasi kita tentunya akan di atas 40 persen dan terjadi proses efisiensi yang lebih baik,” tutur Hadi.