Bagikan:

JAKARTA - Ahli epidemiologi dari Universitas Indonesia, Pandu Riono menyayangkan sikap pemerintah lewat Kementerian BUMN membuka layanan vaksinasi berbayar untuk individu.

BUMN menyebut vaksinasi mandiri ini dilakukan demi mempercepat target kekebalan komunal atau herd immunity dari COVID-19. Pandu memandang, ada alasan lain yakni ingin mendapat keuntungan dengan berjualan vaksin.

"Bilang aja jualan vaksin, gak usah bilang herd-immunity.... motivasi terselubung vaksin gotong-royong adalah jualan bukan untuk bantu kendalikan pandemi. Tak perlu dusta @KemenBUMN," kata Pandu dikutip dari akun Twitter @drpriono1, Minggu, 11 Juli.

Pandu memandang vaksin berbayar yang masuk dalam program vaksinasi Gotong Royong (VGR) ini tak sepatutnya dilakukan. Sebab, menurut dia, vaksin adalah penunjang kesehatan masyarakat, bukan produk yang diperjualbelikan.

"Vaksin itu public health good, bukan commercial product," ungkapnya. 

Diketahui, perusahaan BUMN PT Kimia Farma membuka layanan vaksinasi berbayar bagi perorangan. Staf Khusus (Stafsus) Menteri BUMN Erick Thohir, Arya Sinulingga menjelaskan alasan PT Kimia Farma menyediakan layanan vaksin COVID-19 berbayar untuk perorangan.

Arya bilang, vaksinasi mandiri yang masuk dalam program vaksinasi Gotong Royong ini dilakukan demi mempercepat target kekebalan imunitas sebanyak 70 persen masyarakat Indonesia telah divaksin.

"Ini adalah bagian dari langkah-langkah supaya vaksinasi bisa dikerjakan dan diselesaikan secara cepat. Target kita adalah herd immunity tercapai," kata Arya.

Arya menegaskan, adanya fasilitas vaksinasi berbayar ini bukan berarti akan menggeser program vaksinasi nasional yang gratis atau tidak membebankan biaya kepada masyarakat. Vaksin berbayar ini, kata dia, merupakan pilihan.

"Tujuan kita adalah supaya vaksinasi semakin cepat terjadi di masyarakat, semakin cepat dilaksanakan. Jadi banyak pilihan. Jadi, tetap vakin gratis yang dilaksanakan oleh pemerintah tetap berjalan," jelasnya.