Akibat Aparat Keamanan Salah Tangkap, Pemerintah Indonesia Disebut Sekumpulan Idiot oleh Peretas Bjorka

JAKARTA - Peretasan Bjorka menghebohkan seisi Nusantara. Akun anonim itu memperlihatkan bagaimana mudahnya membobol data pribadi di server pemerintah dan swasta. Aksi itu bak mempermalukan pemerintah Indonesia: Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo).

Empunya kuasa berang. Mereka membuat tim khusus mengejar Bjorka. Alih-alih berhasil menangkap orang di balik Bjorka, aparat keamanan justru menangkap penjual es. Aksi salah tangkap itu jadi bahan tertawaan Bjorka.

Pemerintah Indonesia tak pernah becus menjaga perlindungan data pribadi. Berkali-kali rakyat Indonesia diperlihatkan bagaimana mudahnya peretas mengakses data pribadi yang tersebar di server swasta maupun pemeirintah.

Kemudahan meretas data pribadi terut dipertontonkan seorang peretas yang menamakan dirinya Bjorka. Akun anonim itu bak bolak-balik mempermalukan pemerintah – utamanya Kominfo—yang tak tegas urusan menjaga data pribadi.

Ketidakmampuan pemerintah menjatuhkan saksi kepada penggelola data dimanfaatkan benar oleh Bjorka. Pengguna BreachForums itu menjadi biang keladi bocarnya data 91 juta pelanggan Tokopedia pada 2020.

Orangtua Muhammad Agung Hidayatullah, Jumanto menyampaikan permohonan maaf karena anaknya membuat kegaduhan pada 16 September 2022. (ANTARA)

Sekalipun ia baru mengunggah datanya pada 19 Agustus 2022. Bjorka lalu membocorkan 270 juta pengguna media sosial Wattpad. Aksinya terus berlanjut kepada pembobolan data dari server pemerintah macam IndiHome.

Total 26 juta data pelanggan IndiHome kemudian dijualnya ke BreachForums pada 20 Agustus 2022. Target Bjorka lalu meningkat. Ia mulai mengambil 105 juta data kependudukan dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan mulai mengunggahnya 6 Desember 2022.

Bjorka terus mempermalukan dengan membobol 1,3 miliar data registrasi dari Sim Card yang mulai diunggah ke BreachForums pada 31 Agustus 2022. Peretasan itu dilakukan secara terang-terangan. Bjorka bahkan menantang pemerintah untuk menangkapnya.

Upaya itu dilakukan Bjorka dengan aksi menyebarkan data milik pejabat tinggi Indonesia. Menteri Kominfo Johnny G. Plate ketiban sial. Datanya disebar dan ponselnya terus berbunyi karena kontaknya ditampilkan Bjorka.

Data pribadi milik Menteri BUMN, Erick Thohir hingga Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) turut disebar. Pemerintah menganggap serangan Bjorka bobol data tak lebih dari urusan remeh saja.

“Motifnya kan ternyata juga gado-gado. Ada yang motif politik, motif ekonomi, motif jual beli dan sebagainya. Sehingga juga ya motif-motif kayak gitu itu sebenarnya tidak ada yang terlalu membahayakan. Kalau dari hasil kesimpulan tadi, apa yang disebut Bjorka ini sebenarnya tidak punya keahlian atau kemampuan membobol (sistem) yang sungguh-sungguh.”

“Itu hanya ingin memberi tahu bahwa kita harus hati-hati. Kita bisa dibobol dan sebagainya, tapi sampai saat ini tidak. Kita akan serius menangani dan sudah mulai menangani masalah ini, tetapi juga publik atau masyarakat harus tenang karena sebenarnya sampai detik ini itu belum ada rahasia negara yang bocor,” imbuh Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam), Mahfud MD sebagaimana dikutip laman Kompas.com, 14 September 2022.

Salah Tangkap

Lain di mulut, lain di hati. Pemerintah yang awalnya bersikukuh serangan Bjorka tak memiliki dampak besar malah kalang kabut. Pemerintah akhirnya membentuk tim khusus yang terdiri dari pejabat Kominfo, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), dan Polri pada 12 September 2022.

Tim khusus itu ditugaskan untuk mencari tahu siapa otak di balik Bjorka. Syukur-syukur Bjorka dapat dijebloskan penjara karena telah membuat kegaduhan.  Tim khusus pun berpandangan bahwa Bjorka bukan orang di luar negeri.

Isu keberadaan Bjorka pun berembus. Tim khusus sempat mendalami seorang pria berinisial MSF asal Cirebon sebagai otak di balik Bjorka. Kondisi itu karena ada unggahan sosial media Instagram MSF yang mengarah kepada Bjorka.

Aparat keamanan melakukan pemeriksaan dan tak menemukan keterikatan antara MSF dan Bjorka. Mahfud MD pun mencoba memberikan konfirmasi bahwa gambaran pelaku –Bjorka—sudah diidentifikasi oleh Badan intelijen Nasional (BIN) dan Polri pada 14 September 2022.

Akun Bjorka di BreachForums. (Istimewa)

Mahfud enggan merinci siapa dan lokasinya di mana. Pernyataan Mahfud belum kering. Aparat keamanan pun telah mengamankan seorang bernama Muhammad Agung Hidayatullah (MAH) asal Madiun.

MAH dicurigai sebagai Bjorka. Polisi menganggap MAH sebagai Bjorka. Namun, setelah ditelusuri MAH cuma kaki tangan Bjorka di aplikasi Telegram. MAH diduga menyediakan dan menjual akun/channel @bjorkanism di aplikasi percakapan Telegram untuk Bjorka.

MAH melakukan itu sebagai jalan untuk terkenal dan dapat uang dari Bjorka. Akun itu dibayar Bjorka sebanyak 100 dolar AS. Kondisi itu membuatnya terlibat memposting pesan yang diberikan oleh Bjorka. Alih-alih mendapatkan puja-puji, tim khusus justru mendapatkan kecaman dari segenap rakyat Indonesia.

Pria berusia 21 tahun yang ditangkap polisi dengan segala macam alibinya diangkat tersangka, justru jauh dari gambaran seorang peretas profesional. Profesi sehari-hari MAH adalah penjual minuman es.

My Pertamina pun kena retas Bjorka. (Istimewa)

Ia bahkan tak memiliki laptop. Penangkapan MAH pun dianggap salah tangkap. Bjorka sendiri ikut mengkonfirmasi aksi salah tangkap pemerintah. Bjorka menyebut pemerintah Indonesia yang berhasil mengidentifikasi dirinya sebagai kebohongan besar.

Pemerintah dianggapnya telah mendapatkan informasi yang salah dari layanan intelijen dark web, Dark Tracer (@darktracer_int). Belakangan masalah terkait Bjorka tak pernah terungkap. Pun dengan status MAH sebagai tersangka justru dibebaskan karena kekurangan bukti.

"Anak ini sekarang telah ditangkap dan diinterogasi oleh pemerintah Indonesia. Untuk dark tracer, memberikan informasi yang salah kepada sekumpulan idiot (baca: pemerintah) adalah dosa. Anak itu bahkan tidak memiliki laptop atau komputer dan dia hanya seorang penjual es" tulis Bjorka di grup Telegram-nya, sebagaimana dikutip laman CNN Indonesia pada 16 September 2022.