Adik Kim Jong-un Bilang Pemimpin Korsel Gunakan Ketegangan Sebagai Pengalih Perhatian Politik
JAKARTA - Kim Yo-jong menuduh Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol menciptakan ketegangan di Semenanjung Korea untuk mengalihkan perhatian dari masalah di dalam negeri, kata media pemerintah pada Hari Senin.
Ketegangan antara kedua Korea meningkat setelah Pyongyang menandatangani pakta pertahanan bersama dengan Rusia dan mengirim balon berisi sampah ke Korea Selatan sebagai tanggapan atas peluncuran balon aktivis Korea Selatan dengan selebaran anti-Korea Utara.
"Yoon dan kelompoknya, yang terjerumus dalam krisis pemerintahan terburuk, berupaya melakukan 'pelarian darurat' melalui platform ketegangan yang terus meningkat," kata Kim Yo-jong, melansir Reuters dari KCNA 8 Juli.
Adik Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un ini mengutip petisi daring yang menyerukan pemakzulan Presiden Yoon dan ditandatangani lebih dari satu juta orang
Sementara itu, Kementerian Unifikasi Seoul yang menangani urusan antar-Korea menyatakan penyesalan atas pernyataan Kim yang mengecam Presiden Yoon.
"Rezim Korea Utara yang menutup mata terhadap mata pencaharian rakyat dan menindas hak asasi manusia yang mendasar seharusnya merefleksikan diri mereka sendiri," kata Koo Byoung-sam, juru bicara kementerian, dalam sebuah pengarahan.
Dalam kesempatan yang sama, Kim Yo-jong juga menyebut latihan tembak Korea Selatan baru-baru ini di dekat perbatasan sebagai "provokasi yang tidak dapat dimaafkan dan eksplisit".
Baca juga:
- Rusia Klaim Berhasil Menggagalkan Upaya Pembajak Pesawat Pengebom Strategis Tu-22M3 oleh Ukraina
- PM Starmer Tegaskan Pengakuan Negara Palestina Tidak Bisa Disangkal, Presiden Abbas Siap Kerja Sama
- Dilantik Sebagai Presiden Iran Bulan Depan, Masoud Pezeshkian Ingin Cegah Perbedaan dan Ketegangan
- Telepon Pemimpin Timur Tengah, PM Starmer Tegaskan Komitmen Inggris Soal Perdamaian dan Keamanan
Militer Korea Selatan diketahui melanjutkan latihan artileri dengan tembakan langsung di dekat perbatasan maritim barat pada akhir Juni, pertama kalinya sejak 2018.
Bulan lalu, Korea Selatan mengatakan akan menangguhkan perjanjian militer yang ditandatangani dengan Korea Utara pada tahun 2018 yang bertujuan untuk meredakan ketegangan, sebagai protes terhadap peluncuran balon sampah Korea Utara.
Kim mengatakan, jika Korea Utara menilai kedaulatannya sendiri telah dilanggar, angkatan bersenjatanya akan segera melaksanakan tugas mereka sesuai dengan konstitusi.