Ada Kasus Pembekuan Darah, Presiden Korea Selatan Galau Bakal Disuntik Vaksin AstraZeneca
JAKARTA - Presiden Korea Selatan Moon Jae-in tengah galau, apakah Ia akan menepati janjinya untuk menerima suntikan vaksin COVID-19 AstraZeneca pekan depan, atau tidak.
Sebab, kekhawatiran akan keamanan vaksin terus meningkat, seiring dengan laporan kasus pembekuan darah setelah vaksinasi selama dua hari terakhir berturut-turut.
Kantor Kepresidenan Korea Selatan sebelumnya mengatakan, Presiden Moon Jae-in (68) dan Ibu Negara Kim Jung-sook (66) akan menerima vaksin COVID-19 di depam umum pada 23 Maret mendatang.
Selain untuk 'meyakinkan' warga negaranya, pemberian vaksin juga bagian dari persiapan jelang partisipasi dalam KTT G-7 yang akan diadakan di Inggris Juni mendatang.
"Inokulasi Presiden Moon dan Ibu Negara terhadap COVID-19 sejalan dengan pedoman Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KDCA), bagi mereka yang harus pergi ke luar negeri untuk tujuan penting," kata Juru Bicara Kepresidenan Korea Selatan Kang Min-seok, melansir Koreatimes, Kamis 18 Maret.
Kang juga mengatakan, Moon bersedia memberikan contoh untuk menghilangkan kekhawatiran di antara publik atas keamanan vaksin AstraZeneca, dengan menjadi yang pertama mendapatkan suntikan pada hari ketika vaksinasi akan dimulai untuk penduduk berusia 65 ke atas.
Tetapi, otoritas kesehatan Korea Selatan pada Hari Kamis mencatat ada kasus ke dua pembekuan darah setelah menerima vaksin AstraZeneca. Kasus ini dialami seorang pria berusia 20-an tahun.
Sehari sebelumnya, ada laporan tentang kematian seorang wanita berusia 60-an yang merupakan pasien di fasilitas perawatan jangka panjang dan meninggal beberapa hari setelah menerima vaksin AstraZeneca.
Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KDCA) mengonfirmasi dia mengalami pembekuan darah, meskipun pihak berwenang mengatakan kematiannya disebabkan oleh penyakit lain yang mendasari. Dan, mungkin tidak memiliki hubungan sebab akibat dengan vaksin tersebut.
Laporan lanjutan tentang pembekuan darah datang, saat sekitar 20 negara Eropa telah menangguhkan penggunaan vaksin AstraZeneca, karena kekhawatiran tentang pembekuan darah dan efek samping lainnya.
Baca juga:
- Rezim Militer Myanmar Kenakan Tuduhan Korupsi Baru, Aung San Suu Kyi Terancam 30 Tahun Penjara
- Diisukan Terjangkit COVID-19, Presiden Tanzania John Magufuli Wafat Karena Sakit Jantung
- Disuntik Vaksin COVID-19 Sebelum Ketemu Joe Biden, PM Jepang Suga: Tidak Sakit
- Amerika Serikat - Korea Selatan Latihan Militer Bareng, Korea Utara Tebar Ancaman
Meskipun ada kekhawatiran yang meningkat, pihak berwenang Korea Selatan mengatakan peluncuran vaksin COVID-19 AstraZeneca akan terus berlanjut, karena belum ada bukti antara vaksin dan bekuan darah yang ditemukan.
"Keputusan beberapa negara Eropa untuk menangguhkan penggunaan vaksin AstraZeneca adalah bagian dari langkah pencegahan. Dan, tidak berarti ada korelasi antara pembekuan darah dan vaksin," kata Wakil Direktur KDCA Kwon Joon-wook.
Kwon menambahkan, total 9.405 kasus efek samping dan 16 kematian setelah vaksinasi telah dilaporkan di Korea Selatan hingga Rabu 17 Maret. Dari 9.405 kasus efek samping, 9.298 di antaranya adalah gejala ringan seperti sakit kepala.