Setahun Pandemi COVID-19, Brazil Empat Kali Ganti Menteri Kesehatan

JAKARTA - Presiden Brazil Jair Bolsonaro mengumumkan penunjukan menteri kesehatan yang baru, Marcelo Queiroga, ahli penyakit jantung untuk menjadi pemimpin baru dalam perang menghadapi pandemi COVID-19.

Bukan tugas yang mudah, sebab Ia menjabat saat Brazil tengah bergulat dengan peningkatan kasus infeksi dan kematian akibat virus corona. Ia akan menggantikan tugas menteri kesehatan sebelumnya, Jenderal Eduardo Pazuello

"Queiroga akan mengikuti agenda Pazuello di kementerian, sambil mempercepat upaya untuk menyuntik warga Brasil di tengah peluncuran vaksin virus corona yang terganggu oleh penundaan dan ketidakefisienan," kata Bolsonaro kepada wartawan melansir Al Jazeera.

Menjabat sebagai menteri kesehatam, Queiroga berada dalam salah satu masa kelam sejarah Brazil. Negeri Samba telah melaporkan lebih dari 11,4 juta kasus COVID-19, nomor dua di dunia setelah Amerika Serikat. Sementara, tercatat 278.000 orang telah meninggal. 

Ilustrasi penanganan COVID-19 di Brazil (Wikimedia Commons/Alice Mafra)

Tak hanya itu, bangsal gawat darurat di 22 rumah sakit di Negara Bagian Brazil juga hampir terisi 100 persen, dari 26 rumah sakit di negara bagian tersebut. 

Empat menteri

Penunjukan Queiroga sebagai menteri kesehatan, berarti Brazil telah empat kali berganti menteri kesehatan selama setahun pandemi COVID-19. Menandakan bagaimana Brazil menghadapi pandemi COVID-19

Pazuello yang merupakan jenderal angkatan darat, dikritik karena tidak memiliki keahlian kesehatan masyarakat dan mendukung kebijakan Bolsonaro yang skeptis terhadap COVID-19. Misalnya, penggunaan obat antimalaria hydroxychloroquine untuk melawan virus corona.

Dua pendahulunya juga mengundurkan diri tahun lalu, karena tidak sepenuhnya mendukung penggunaan obat tersebut. Bahkan, Bolsonaro juga sempat menyatakan tidak ingin divaksin COVID-19, yang membuat sentimen antivaksin meningkat.

Pada Bulan Februari, Jaksa Agung Brazil membuka penyelidikan awal terhadap Pazuello dan Bolsonaro atas kemungkinan kelalaian, setelah jaringan perawatan kesehatan di Kota Manaus di Amazonas tidak siap mengantisipasi lonjakan infeksi.

Presiden Brazil Jair Bolsonaro. (Wikimedia Commons: Beto Oliveira/Câmara dos Deputados)

Rumah sakit penuh, sehingga masyarakat merawat keluarganya di rumah. Kelangkaan oksigen juga membuat keluarga pasien mengisi sendiri oksigen. Padahal, Amazonas merupakan tempat ditemukannya varian COVID-19 asal Brazil. 

Kebijakan penguncian lokal dan regional untuk membendung penyebaran virus, juga menuai protes dari warga Brazil. Pun demikian, Brazil juga tengah menghadapi kekurangan vaksin COVID-19

Masalah kekurangan vaksin juga menjadi sorotan. Kendati Pazuello mengatakan pada Hari Senin, Brasil telah memesan 100 juta dosis vaksin Pfizer-BioNTech dan 38 juta dari Johnson & Johnson. Selain itu, juga sedang menegosiasikan 13 juta dosis vaksin Moderna Inc.

Seorang pejabat pusat biomedis Fiocruz juga mengatakan, Brazil dapat memulai produksi lokal penuh dari vaksin AstraZeneca pada Juli jika regulator mengizinkannya untuk melepaskan beberapa kontrol

"Ini akan menjadi penting pada saat Brasil menghadapi kekurangan vaksin," kata Wakil Presiden Fiocruz Marco Krieger kepada Reuters. Saat ini, baru 4,6 persen populasi Brazil yang telah menerima dosis pertama vaksin COVID-19.

Ilustrasi. (Wikimedia Commons/Alice Mafra)

Dengan segudang permasalahan yang ada, tentu harapan besar disandarkan di bahu Marcelo Queiroga. Terlebih, Presiden Bolsonaro sudah memuji kapasitasnya.

"Saya telah mengenalnya selama beberapa tahun. Dia bukan orang yang saya kenal selama beberapa hari. Dia memiliki segalanya untuk melakukan pekerjaan dengan baik, menindaklanjuti semua yang telah dilakukan Pazuello hingga hari ini," kata Bolsonaro seperti dikutip dari CNN.

"Queiroga akan memilih tim kerjanya dan transisi akan berlangsung dalam satu atau dua minggu. Ia jauh lebih berpengetahuan tentang masalah kesehatan. Dia akan mengambil tindakan untuk mengurangi jumlah orang yang meninggal akibat penyakit ini yang telah mempengaruhi seluruh dunia," yakin Bolsonaro.

Sebelum Queiroga dan Pazuello, jabatan menteri kesehatan dipegang oleh Luiz Henrique Mandetta. Berstatus sebagai dokter, ia menganjurkan penerapan jarak sosial dan isolasi. Ia dipecat oleh Bolsonaro pada April 2020 karena ketidaksepakatan mengenai strategi menghadapi pandemi di negara itu. 

Ahli penyakit jantung Ludhmila Hajjar sempat dipertimbangkan untuk mengisi posisi tersebut, kendati akhirnya jabatan menteri kesehatan diduduki oleh ahli onkologi Nelson Teich. Perbedaan pendapat yang tajam dengan Bolsonaro membuat Teich hanya menjabat kurang dari sebulan. 

Pada Mei 2020, Teich yang mengundurkan diri digantikan oleh Pazuello, yang tidak memiliki pengalaman medis sebelumnya dan pada saat itu terkenal karena mengoordinasikan pasukan militer selama Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro dan memimpin operasi untuk menangani masuknya migran Venezuela tahun 2018.