Pasar Tunggu Data Inflasi AS, Rupiah Berpotensi Melemah

JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan Kamis, 27 Juni 2024 diperkirakan akan bergerak melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). 

Mengutip Bloomberg, nilai tukar Rupiah hari Rabu, 26 Juni 2024, Kurs rupiah di pasar spot ditutup melemah 0,23 persen di level Rp16.413 per dolar AS. Senada, kurs rupiah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) ditutup turun 0,34 persen ke level harga Rp16.435 per dolar AS. 

Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan pasar menunggu data inflasi indeks harga PCE yang akan dirilis minggu ini. Data tersebut, yang akan dirilis pada hari Jumat, merupakan ukuran inflasi pilihan Federal Reserve, dan kemungkinan akan menjadi faktor dalam prospek bank sentral mengenai suku bunga

"Tanda-tanda ketahanan perekonomian AS baru-baru ini dari data indeks manajer pembelian yang kuat dan pembacaan kepercayaan konsumen memicu kekhawatiran bahwa The Fed akan memiliki cukup ruang untuk mempertahankan suku bunga tetap tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama," ujarnya dalam keterangannya, dikuip Rabu, 26 Juni.

Ibrahim menyampaikan Di asia, sentimen terhadap Tiongkok sebagian besar tetap tegang di tengah kekhawatiran mengenai potensi perang dagang dengan negara-negara Barat, terutama setelah Beijing menandai kemungkinan tersebut dalam menghadapi tarif Eropa terhadap impor kendaraan listrik Tiongkok. 

Kekhawatiran akan perang dagang membuat indeks Tiongkok mengalami penurunan tajam sepanjang bulan Juni, seiring dengan berkurangnya dukungan terhadap langkah-langkah stimulus yang lebih banyak di negara tersebut. 

Dari sisi internal, Ibrahim menyampaikan di tengah kekhawatiran masyarakat terhadap fluktuasi kurs rupiah dan kondisi ekonomi global yang tidak menentu, namun pemerintah masih optimis bahwa kondisi fundamental makroekonomi Indonesia masih berada dalam kondisi baik-baik saja.

Ibrahim menyampaikan saat ini tantangan utama pemerintah adalah bagaimana Indonesia bisa waspada dan nammengantisipasi agar dampak negatif dari kondisi global tidak masuk ke dalam negeri dan pentingnya kerja sama antarpihak termasuk Bank Indonesia, pemerintah, dan sektor swasta. 

"Kerja sama ini diperlukan guna menjaga optimisme pasar dan memastikan bahwa ekonomi Indonesia tetap bisa bertahan dan berkembang kendati di bawah tekanan global," ujarnya. 

Ibrahim menyampaikan guna mendukung penguatan perekonomian Indonesia pada 2024, maka ada beberapa faktor yang harus diperhatikan oleh pemerintah, antara lain  peningkatan konsumsi dan investasi berkat kondisi makro ekonomi yang baik, penguatan ekspor komoditas Indonesia, ketahanan sistem keuangan dari dampak gejolak ekonomi global. 

Kemudian, pengendalian inflasi agar tetap rendah, kenaikan gaji Aparatur Sipil Negara (ASN). 2024, keberlanjutan hilirisasi sumber daya alam (SDA), serta pembangunan Infrastruktur di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara dianggap berkontribusi dalam upaya pemerataan ekonomi.

Sedang dari segi Bank Indonesia tetap pada koridisi untuk menstabilkan mata uang rupiah dengan melakukan strategi bauran ekonomi dan melakukan intervensi di pasar valuta asing ( valas) dan yeal obligasi di perdagangan Domestic Non Deliverable Forward (DNDF). 

Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah pada perdagangan Kamis, 27 Juni 2024 dalam rentang harga Rp16.400 - Rp16.460 per dolar AS.