Bos InJourney Sebut Proses Merger Angkasa Pura Rampung Bulan Depan
JAKARTA - Holding BUMN Aviasi dan Pariwisata, PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau InJourney menargetkan proses penggabungan atau merger PT Angkasa Pura I dan PT Angkasa Pura II menjadi PT Angkasa Pura Indonesia atau InJourney Airports rampung di Juli 2024.
Direktur Utama InJourney Dony Oskaria mengatakan, proses penggabungan kedua perusahaan tersebut sudah berlangsung sejak November tahun lalu dan diharapkan rampung di bulan depan.
Lebih lanjut, Dony mengatakan, Angkasa Pura Indonesia akan menjadi operator bandara terbesar nomor empat di dunia dengan total jumlah penumpang mencapai 170 juta per tahun.
“Injuourney Airports itu kan sebetulnya dari tahun lalu sudah kita bentuk Indonesian Airport dan ini menjadi PSN ya. Kita harapkan proses itu akan selesai di bulan Juli ini,” tuturnya saat ditemui di Menara Danareksa, Jakarta, Jumat, 21 Juni.
Lebih lanjut, Dony menjelaskan, penggabungan PT Angkasa Pura I dan II ini mencakup penyelarasan standar operasional prosedur (SOP), sistem IT, keuangan, keuangan hingga operasional bandara-bandara.
“Kita bentuk dulu Indonesian Airports-nya, kita samakan dulu SOP-nya, kita samakan dulu IT-nya, operasional prosesnya. Sehingga proses penyatuannya itu berjalan dengan sangat smooth. Karena kita sudah dari November melakukan penyatuan sebetulnya se-organisasi, secara operation, secara keuangan dan lain sebagainya. Jadi ini tinggal gongnya aja sebetulnya,” ujar Dony.
Dony bilang, jika melihat industri bandara di dunia, sumber pendapatan ditopang dari non-aero, seperti ritel dan properti.
Sementara di Indonesia, lanjutnya, pendapatan non-aero tidak seimbang dengan aero.
“Kita masih belum balance. Jadi kita masih dominannya itu di aero. Rata-rata pendapatan kita di non-aero itu saat ini itu 3 dolar AS per pax. Kalau kita bandingkan dengan Changi, dengan Incheon, rata-rata mereka 13 dolar AS per pax,” tuturnya.
Baca juga:
Dony pun berharap Angkasa Pura Indonesia bisa memanfaatkan peluang tersebut untuk berkembang.
Misalnya, kata dia, dengan target 170 jut penumpang per tahun dan meningkatkan pendapatan non-aero 5 dolar AS per pax.
“Artinya room kita untuk growth itu sangat besar. Bayangkan kalau dengan jumlah penumpang kita 170 juta, kalau kita bisa naik 2 dolar saja rata-rata itu 340 juta dolar AS, hanya dengan menaikkan 2 dolar,” katanya.