Penggabungan Angkasa Pura I dan II Ditargetkan Rampung di Februari 2024
Ilustrasi Bandara (Foto: dok. Antara)

Bagikan:

Penggabungan Angkasa Pura Ditargetkan Rampung di Februari 2024

JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menargetkan penggabungan atau merger PT Angkasa Pura I (Persero) atau AP I dan PT Angkasa Pura II (Persero) atau AP II rampung paling cepat di Februari tahun depan.

Lebih lanjut, Erick mengatakan saat ini pembahasan untuk penyatuan dua perusahaan pengelola bandara tersebut berjalan dengan baik.

“Angkasa Pura (AP I dan AP II) pun lagi proses merger, mudah-mudahan tuntas dalam Februari-Maret (2024),” ujar Erick dalam konferensi pers di Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa, 19 Desember.

Pada kesempatan ini, Erick kembali menyinggung merger yang sudah dilakukan pada PT Pelindo (Persero) dari empat perusahaan menjadi satu pada 2021 lalu. Kata dia, merger tersebut membuat Pelindo mampu melakukan efisiensi dan optimalisasi mencapai Rp1,3 triliun di 2022.

Tak hanya Pelindo, Erick juga menyinggung merger yang dilakukan di PTPN. Kata dia, aksi korporasi itu membuat PTPN berkembang dan membukukan laba yang cukup besar.

Diberitakan sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir memberikan kabar terbaru mengenai pegabungan atau merger Angkasa Pura I dan II. Kata dia, merger perusahaan pengelola bandara ini perlu waktu setidaknya tiga bulan.

“Mengenai Angkasa Pura memang ini rencana perlu 3 bulan, jadi tahun ini sudah ada penjajakan awal,” ujar Erick dalam rapat kerja (raker) Komisi VI DPR, di Jakarta, Senin, 4 Desember.

Erick menjelaskan, industri bandara atau airport di berbagai negara sudah mulai berubah. Karena itu, Erick menilai perlu diantisipasi. Apalagi, kata dia, kadang industri terjebak pada tampilan luarnya.

Namun, sambungnya, banyak negara justru sebaliknya di mana tampilan luar bandaranya biasa saja tapi kondisi di dalamnya bagus. Kata Erick, hal tersebut yang membuat airport Turki bisa menjadi airport terbaik 2022.

“Kadang-kadang kita di-airport terjebak untuk visual di luarnya, jadi gedungnya bagus. Tapi kalau kita lihat dari benchmarking berbagai negara sebenarnya gedung luarnya biasa saja, justru di dalamnya harus bagus,” tuturnya.