Gaza Alami Hari Paling Mematikan dalam Enam Bulan Terakhir, Pemimpin Palestina Tuntut Pertemuan DK PBB

JAKARTA - Pemimpin Palestina menuntut pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB, saat Gaza mengalami hari paling mematikan menurut otoritas kesehatan setempat, saat Israel melakukan serangan pada Hari Sabtu dengan dalih membebaskan sandera.

Presiden Palestina Mahmoud Abbas Menyerukan sidang darurat DK PBB untuk membahas apa yang disebut Kementerian Luar Negeri Palestina sebagai "pembantaian mengerikan" oleh Israel saat menyelamatkan empat sandera.

"Serangan Israel di kamp Nuseirat telah merenggut nyawa ratusan martir dan menyebabkan banyak lainnya terluka," kata sebuah pernyataan yang diunggah ke X, melansir CNN 9 Juni.

"Presiden Abbas terlibat dalam komunikasi intensif dengan pihak-pihak Arab dan internasional yang relevan untuk mengadakan sidang mendesak Dewan Keamanan PBB ini," lanjut pernyataan itu.

"Tujuannya adalah untuk mengatasi agresi Israel yang sedang berlangsung terhadap rakyat Palestina dan memaksa pendudukan Israel untuk mematuhi resolusi legitimasi internasional, termasuk yang menyerukan gencatan senjata segera," tandasnya.

Serangan Israel pada Hari Sabtu menurut Kementerian Kesehatan Gaza hingga Hari Minggu menewaskan 274 orang dan melukai 698 lainnya, menjadikan hari paling mematikan di wilayah kantong Palestina itu dalam enam bulan terakhir.

Catatan Kementerian Kesehatan Gaza menunjukkan, hampir 300 orang tewas di wilayah tersebut pada 10 Desember 2023.

Pihak Israel Defense Forces (IDF) membantah angka-angka itu, mengatakan mereka memperkirakan jumlah korban dari operasi itu "di bawah 100."

Israel mengklaim serangan yang dilakukannya pada Hari Sabtu bertujuan untuk membebaskan sandera. Militer mengumumkan, empat orang yang berhasil dibebaskan yakni Noa Argamani (26), Almog Meir Jan (22), Andrey Kozlov (27) dan Shlomi Ziv (41), dikutip dari Daily Sabah.

Para sandera termasuk di antara tujuh orang yang dibebaskan hidup-hidup oleh pasukan Israel. Sekarang ada 116 sandera yang tersisa di Gaza, termasuk 41 orang yang menurut tentara telah tewas.