Waspadai Bencana Sekunder Erupsi Gunung Ibu, Warga Diminta Pantau Warna Sungai

JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melakukan sosialisasi mengenai risiko bencana sekunder pascaerupsi Gunung Ibu di Halmahera Barat, Maluku Utara (Malut).

Sosialisasi ini bertujuan agar masyarakat menjadi lebih memahami apa yang harus dilakukan jika muncul tanda-tanda atau beberapa faktor lain yang dapat memicu terjadinya bencana sekunder erupsi Gunung Ibu.

Kapusdatinkom Kebencanaan BNPB Abdul Muhari menuturkan, tim BNPB meminta masyarakat senantiasa memantau warna hingga debit sungai ketika terjadi hujan dengan intensitas tinggi di wilayah hulu hingga hilir.

"Apabila debit air semakin besar dan air berubah warna menjadi cokelat keruh kehitaman, maka agar dilaporkan ke pemerintah desa setempat dan segera mengambil upaya kesiapsiagaan," kata Abdul Muhari dalam keterangannya, Minggu, 9 Juni.

Selanjutnya, warga juga diharapkan dapat menjaga lingkungan sungai dengan tidak menebang pohon, tidak membuang sampah di sungai dan melakukan gotong-royong untuk normalisasi sungai.

"Jika sungai terhalang material berupa bebatuan maupun potongan batang pohon agar segera dibersihkan karena jika tidak maka dapat menyumbat aliran sungai yang kemudian berpotensi terjadi banjir bandang jika debit air terus meningkat ditambah dengan terbatasnya daya tampung sungai itu sendiri," jelas dia.

Berdasarkan pemetaan BNPB, daerah yang berada pada lintasan aliran sungai di sekitar Gunung Ibu yakni Desa Duono, Desa Togoreba Sungi, Desa Togoreba Tua, Desa Naga, Desa Podol dan Desa Togowo.

Jalur aliran sungai itu ditumbuhi beberapa jenis vegetasi yang secara alami tumbuh subur di wilayah lembah di kaki gunung berketinggian 1.325 MDPL itu.

Jarak antara sungai dan permukimam penduduk juga bervariasi. Ada yang berjarak kurang lebih 5 meter ada pula yang yang mencapai kurang lebih 15 meter.

"Selain permukiman, wilayah jalur sungai itu juga terdapat tempat ibadah, sekolah, balai pertemuan dan fasilitas umum lainnya," urai Abdul Muhari.