Pemerintah Perpanjang Relaksasi HET Beras Premium, Pengamat: Tidak Mungkin Dikembalikan ke Posisi Semula
JAKARTA - Pengamat Pertanian Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori menilai bahwa pemerintah akan sulit mengembalikan harga eceran beras (HET) premium ke posisi semula yakni di angka Rp13.900 per kilogram (kg).
Seperti diketahui, pemerintah melalui Badan Pangan Nasional (Bapanas) memutuskan untuk memperpanjang relaksasi HET beras premium di angka Rp14.900 per kg.
“Kalau dimembalikan ke semula kayanya enggak mungkin,” tuturnya saat dihubungi VOI, Selasa, 4 Juni.
Lebih lanjut, Khudori menilai HET beras memang perlu disesuaikan karena ongkos produksi padi memang naik. Bahkan, hampir semua ongkos produksi padi naik, baik sewa lahan, ongkos tenaga kerja maupun input produksi lain sepertu pupuk, benih, hingga air.
“Ongkos yang naik itu tecermin pada harga gabah yang naik atau tinggi. Juga harga beras,” jelasnya.
Menurut dia, jika pemerintah tidak merespons kondisi ongkos produksi padi yang naik ini salah satunya dengan memperpanjang relaksasi HET, maka keberadaan beras premium bisa hilang di pasaran. Khususnya di ritel-ritel modern.
“Kalau ini tidak direspons oleh otoritas berwenang, salah satunya ya beras premium bisa menghilang dari ritel modern seperti beberapa bulan lalu,” tuturnya.
Khudori bilang, berapa pun HET yang ditetapkan pemerintah saat ini, sudah disetujui dengan banyak pertimbangan.
Meski begitu, dia menduga HET beras premium akan segera dipermanenkan dengan harga dikisaran Rp14.900 per kg.
“Jika pun nanti ada keputusan het beras permanen, HET saat inilah yg ditetapkan. Bisa saja dugaan saya ihwal besaran HET ini tidak tepat. Tapi nilainya tidak akan jauh-jauh dari yang berlaku hari ini,” tuturnya.
Sebelumnya, Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi menjelaskan untuk mengembalikan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras, baik premium dan medium akan sulit.
Baca juga:
Menurut Bayu, penurunan harga beras harus diiringi dengan hasil panen yang melimpah dari dalam negeri, sehingga dapat menimbulkan keseimbangan antara permintaan dan pasokan.
“Memang biasanya sulit dikembalikan kalau sudah sempat naik, kecuali ada keadaan yang sangat luar biasa di mana panennya luar biasa banyak, besar maka supply demand-nya bisa terjaga atau seimbang,” kata Bayu Bayu di Sentra Penggilingan Padi (SPP) Bulog di Karawang, Senin, 20 Mei.