Bagikan:

JAKARTA - Pengamat Pertanian Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori menilai keputusan pemerintah memperpanjang relaksasi harga eceran beras (HET) beras premium dan medium tidak akan berpengaruh terhadap inflasi.

Seperti diketahui, pemerintah melalui Badan Pangan Nasional (Bapanas) memutuskan untuk memperpanjang relaksasi HET beras premium maupun medium hingga waktu yang tidak ditentukan. Sebelumnya, relaksasi diberlakukan pada Maret 2024 dan diperpanjang hingga April 2024.

Adapun HET beras premium saat ini ditetapkan di angka Rp14.900 per kg dari Rp13.900 per kg. Sementara beras medium Rp12.500 dari Rp10.900 per kg.

“Penyesuaian HET dugaan saya tidak akan berdampak ke inflasi. Toh ini penyesuaian HET yang berlaku saat ini,” tuturnya saat dihubungi VOI, di Jakarta, Selasa, 4 Juni.

Meski begitu, Khudori mengingatkan, pemerintah untuk tetap menjaga harga beras di pasaran.

Pasalnya, jika kenaikannya tidak dijaga maka akan berdampak pada inflasi.

“Penting bagi pemerintah lewat Bulog untuk menjaga harga beras agar tak melonjak tinggi dan berdampak ke inflasi yang besar,” jelasnya.

Di sisi lain, Khudori mengungkapkan penyebab harga beras tetap mahal meskipun sudah melalui periode panen raya.

Kata dia, hal ini karena ongkos produksi naik. Selain itu, juga produksi berkurang.

“Harga beras tidak turun meski panen raya karena ongkos produksi naik, yang itu tecermin pada harga gabah yang tinggi. Lagi pula, produksi Januari hingga Mei tahun ini lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu,” tuturnya.

Setelah ada surplus bulanan pada Maret, April dan Mei, sambung Khudori, merujuk data BPS, diperkirakan produksi bulanan kembali defisit di Juni hingga Juli.

“Dugaan saya Agustus sepertinya juga defisit,” katanya.