Renault Pilih Geely dalam Kemitraan Pengembangan Mesin ICE dan Hybrid Terbaru
JAKARTA - Renault, produsen kendaraan dari Prancis, mengumumkan kemitraan dengan Geely dalam usaha patungan mengembangkan mesin pembakaran (ICE) dan hybrid terbaru. Ini dilakukan agar model lama memiliki daya saing yang lebih baik dengan beberapa kendaraan terbaru.
Usaha ini bertujuan untuk mengembangkan mesin bensin dan sistem hybrid yang lebih efisien serta menjadi jembatan dalam peralihan ke elektrifikasi sepenuhnya dan respons terhadap melambatnya penjualan EV.
“Kombinasi berbagai teknologi powertrain diperlukan untuk mencapai dekarbonisasi yang sukses di dunia di mana lebih dari separuh kendaraan yang diproduksi diperkirakan masih mengandalkan mesin pembakaran pada tahun 2040,” kata Renault dan Geely, dikutip dari Reuters, Senin, 3 Juni.
Baca juga:
Usaha patungan 50-50 adalah elemen inti dari strategi Renault untuk tetap bersaing melawan pesaing yang lebih besar dengan menandatangani berbagai kemitraan untuk mengurangi biaya dan mengakses pasar baru.
Bagi Geely, kesepakatan ini memperluas pola membangun kemitraan untuk memperluas jangkauannya ke luar China. Sebelumnya, pabrikan ini juga mengumumkan kesepakatan dengan Mercedes-Benz dalam pengembangan mesin hybrid.
Sejumlah pabrikan mulai memamerkan teknologi hybrid yang dikembangkan sendiri. Sebelumnya, BYD memamerkan teknologi Plug-In Hybrid (PHEV) terbaru dengan konsumsi BBM rendah.
Kembali ke Renault, pabrikan berlogo “berlian” ini dikabarkan bekerja sama dengan perusahaan China lainnya dalam mengembangkan mobil listrik terjangkau di pasar Eropa.
Dikabarkan, pabrikan ini akan luncurkan mobil listrik generasi terbaru dengan harga di bawah 20.000 euro (Rp352,7 jutaan). Proyek penataan gaya dan rekayasa lebih lanjut sedang berlangsung di Prancis, sementara produksi mobil tersebut akan dilakukan di Eropa. Divisi kendaraan listrik Renault, Ampere, akan memimpin proyek ini.
Pabrikan Prancis ini menyatakan bahwa keputusan memilih mitra China untuk mengembangkan mobil listrik terjangkau diambil secara mandiri. Renault bermitra dengan perusahaan asal Tiongkok untuk mempercepat proses pengembangan kendaraan listrik.
CEO Renault, Luca de Meo, menyebutkan pada akhir tahun lalu bahwa mobil yang disebut sebagai versi listrik dari Twingo ini akan dirakit di Eropa, tepatnya di Slovenia.