Amerika Serikat Kembalikan Artefak Curian Senilai Rp1,3 Triliun ke Italia
JAKARTA - Beragam artefak yang sarat dengan nilai sejarah dipamerkan di kantor Central Institute for Restoration, yang terletak di dalam bekas penjara wanita di pusat Kota Roma, Italia pada Selasa pagi.
Beragam benda mulai dari patung perunggu seukuran manusia hingga koin Romawi kecil, lukisan cat minyak hingga lantai mosaik, benda-benda ini berasal dari abad ke-9 SM hingga abad ke-2 Masehi dan merupakan karya seni yang dicuri dan diperdagangkan selama satu tahun yang disita oleh tim jaksa penuntut Manhattan, Kolonel Matthew Bogdanos dan dikembalikan ke Italia.
Karya-karya yang diperdagangkan tersebut, yang dijarah dari wilayah Italia di Lazio, Campania, Puglia, Calabria dan Sisilia, disita di New York dan New Jersey, Amerika Serikat tahun lalu.
Karya-karya yang dikembalikan, bersama dengan 60 item yang dipulangkan tahun lalu, bernilai lebih dari 80 juta dolar AS (Rp1.300.408.000.000), tetapi hanya setetes air di lautan jika dibandingkan dengan karya seni yang masih tersembunyi di gudang-gudang pribadi dan dipajang di museum-museum di Amerika Serikat, kata Bogdanos kepada CNN di sela-sela presentasi kepada media pada Hari Selasa, seperti dikutip 29 Mei.
Bogdanos mengatakan, item senilai 80 juta dolar AS itu tidak termasuk 100 item lainnya yang baru saja disita timnya di AS.
Sementara itu, Komandan Carabinieri untuk Perlindungan Warisan Budaya Jenderal D. Francesco Gargaro mengatakan, yang membuat penyitaan dan pengembalian artefak yang dicuri begitu sulit adalah, karena pihak berwenang sering kali tidak tahu apa yang mereka cari.
"Ketika artefak diambil dari kuburan rahasia, artefak itu tidak pernah dikatalogkan," katanya.
Itu berarti, selain item-item itu sendiri, konteks historisnya juga dicuri, sehingga para arkeolog kehilangan informasi yang berharga. (Sebaliknya, para penyelidik bekerja mundur, menilai dokumen dan klaim asal-usul artefak yang diberikan oleh pemiliknya, serta melakukan uji teknis untuk memastikan asal-usul sebenarnya dari sebuah benda.)
Sebagian besar barang yang baru-baru ini dikembalikan ke Italia digali dari penggalian rahasia atau dicuri dari gereja, museum, dan perorangan, kata Gargaro.
Di antara barang-barang yang dipamerkan pada hari Selasa adalah sebuah pelindung dada besi dan dua kepala perunggu yang berasal dari abad ke-4 hingga ke-3 SM yang disita dari seorang pemilik galeri di New York.
Ada juga patung perunggu Umbria yang menggambarkan seorang prajurit yang dicuri dari sebuah museum Italia pada tahun 1962 yang ditemukan di sebuah museum Amerika yang terkenal.
Ada pula lantai mosaik yang menggambarkan mitos Orpheus yang menyihir binatang liar dengan suara kecapi dari pertengahan abad ke-3 hingga pertengahan abad ke-4 M ditemukan kembali setelah dicuri dari penggalian rahasia di Sisilia pada awal tahun 1990-an. Benda itu disita dari koleksi pribadi seorang kolektor terkenal di New York.
Unit Perlindungan Warisan Budaya Carabinieri Italia menggunakan kecerdasan buatan untuk mencari aset budaya yang dicuri di bawah program baru yang disebut "Sistem Deteksi Karya Seni Curian" (SWOADS), yang mencari barang-barang yang dicuri dengan memindai web dan media sosial untuk mencari gambar.
Baca juga:
- Rusia-Ukraina Lakukan Pertukaran 150 Tahanan, Presiden Zelensky: Kami Ingat Setiap Orang dan Lakukan Segala Upaya
- Pasukan Israel Akhiri Operasi di Jabaliya: Ratusan Bangunan Hancur, Bau Mayat Menyengat
- Israel Akhiri Operasi di Gaza Utara, 70 Persen Kamp Pengungsi Jabaliya Hancur
- Susul AS, Jerman Izinkan Ukraina Gunakan Senjatanya di Wilayah Perbatasan Kharkiv
"Pengembalian aset budaya yang sangat penting ke Italia, baik karena konsistensi numeriknya maupun nilai historis-artistiknya, merupakan pencapaian signifikan lainnya," kata Wakil Menteri Kebudayaan Italia Gianmarco Mazzi.
"Selain menjadi karya seni yang sangat berharga, karya-karya itu mewakili ekspresi tinggi dari sejarah, budaya dan identitas nasional kita," jelasnya.
Pada tahun 2023, ada 105.474 karya seni senilai lebih dari 264 juta euro ditemukan dan disita di seluruh dunia berkat proyek kecerdasan buatan, menurut Gargaro.