Kemenkeu Akui Nilai Transaksi Bursa Karbon Masih Minim, Ini Penyebabnya

BOGOR - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melaporkan sejak September 2023 hingga April 2024 nilai transaksi bursa karbon Indonesia mencapai Rp35,3 miliar.

Kepala Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim dan Multilateral Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Boby Wahyu Hernawan mengakui transaksi di bursa karbon masih minim sejak diluncurkan pada 26 September 2023 dengan nilai transaksi sebesar Rp35,3 miliar, sebanyak 57 pengguna jasa telah melakukan transaksi dalam bursa karbon.

Selain itu, total volume perdagangan karbon mencapai 572 ribu ton CO2 ekuivalen dengan jumlah frekuensi transaksinya mencapai 60.

Boby mengungkapkan transaksi karbon saat ini masih kecil karena supply dan demand masih minim, lantaran dari berbagai pihak belum memahami adanya nilai ekonomi dari karbon yang dapat di monetisasi, bahkan bisa diperdagangkan.

“Nah sekali lagi peran dari kita untuk menggalakkan ke semua pihak untuk bisa melakukan upaya pengurangan CO2 dan mendapatkan manfaat dari bursa karbon,” tutur Boby dalam media gathering, Rabu, 29 Mei.

Selain itu, Boby menyampaikan kedepannya perlu melakukan berbagai upaya agar dapat mendongkrak kenaikan transaksi bursa karbon sejalan dengan potensi supplier pengurangan karbon yang dinilai bermanfaat terutama untuk sektor kehutanan.

Sebagai informasi, Presiden Joko Widodo meresmikan Bursa Karbon Indonesia (IDX Carbon) pada tanggal 26 September 2023 sebagai bentuk dukungan dalam pencapaian NDC Indonesia, yang mengakomodasi kebutuhan perdagangan karbon di Indonesia.

IDX Carbon/Indonesia Carbon Exchange merupakan merek Carbon Exchange yang dijalankan oleh Bursa Efek Indonesia.

BEI melalui Indonesia Carbon Exchange berkomitmenmengembangkan perdagangan karbon yang transparan, tertib, dan sesuai dengan praktik dunia sehingga dapat membuka potensi perdagangan karbon Indonesia.