Sejarah Gunung Tambora, Letusan Terdahsyat yang Menggelapkan Dunia
YOGYAKARTA - Gunung Tambora merupakan salah satu gunung api aktif di Indonesia. Gunung dengan ketinggian 2.851 meter mdpl ini berada di wilayah Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima, Nusa Tanggara Barat (NTB). Sejarah Gunung Tambora terkenal dengan letusan dahsyat yang pernah terjadi pada tahun 1815.
Gunung ini memiliki pesona yang mengagumkan sebagai wisata berkelas internasional yang ramai didatangi wisatawan domestik maupun mancanegara. Gunung Tambora menawarkan keindahan kawahnya dan pemadangan alam yang spektakular. Gunung ini juga banyak didaki oleh para pendaki atau pecinta alam.
Gunung Tambora ditetapkan resmi sebagai kawasan geopark nasional pada tahun 2017. Selain keindahan geologi, keragaman hayati, dan keunikan budayanya, gunung ini juga memiliki sejarah yang menarik untuk disimak.
Sejarah Gunung Tambora
Letusan Gunung Tambora pada April 1815 merupakan salah satu letusan gunung berapi terbesar dalam sejarah dan memiliki dampak besar di seluruh dunia. Menurut Badan Geologi, erupsi Gunung Tambora dimulai dengan suara gemuruh yang keras pada tanggal 5 April 1815 yang disusul dengan hujan abu.
Letusan dahsyat sebenarnya terjadi pada tanggal 10 dan berakhir pada 12 April 1815. Volume material yang dikeluarkan mencapai 100-150 kilometer kubik, dengan tinggi payung letusan diperkirakan mencapai 30-40 kilometer di atas gunung. Energi letusan tersebut setara dengan kekuatan 171.428,60 kali bom atom.
Sebelum meletus, Gunung Tambora memiliki puncak setinggi 4.300 meter. Namun setelah letusan, ketinggiannya berkurang menjadi hanya 2.850 meter. Batu apung dan abu menghujani daerah sekitar Gunung Tambora selama berminggu-minggu, bahkan abunya mencapai Sumatera Selatan dan Kalimantan yang berjarak 1.300 kilometer.
Partikel abu halus tetap berada di atmosfer selama beberapa tahun. Situasi ini sampai menciptakan pemandangan matahari terbenam dan senja yang cerah hingga terlihat di London, Inggris. Eropa dan Amerika Utara mengalami musim dingin yang lebih panjang, bahkan salju turun di musim panas karena penurunan suhu akibat abu vulkanik.
Dampak Letusan Gunung Tambora
Tiga kerajaan yang berada di wilayah sekitar gunung berapi, yaitu Tambora, Pekat, dan Sanggar, terkena dampak letusan dahsyat tersebut. Awan panas tebal menyebar, menghancurkan dan mengubur hampir seluruh wilayah Tambora dan Pekat sebelum penduduknya bisa menyelamatkan diri.
Dampak letusan Gunung Tambora dirasakan di seluruh dunia. Material letusan menghalangi sinar matahari mencapai permukaan bumi, menyebabkan penurunan suhu yang signifikan. Periode ini dikenal sebagai tahun tanpa musim panas (year without summer) yang mempengaruhi Eropa dan Amerika. Letusan Gunung Tambora saat itu tercatat sebagai yang terdahsyat, mencapai skala 7 pada Volcanic Explosivity Index (VEI).
Kondisi ini menyebabkan banyak tumbuhan dan hewan mati. Para petani gagal panen dan peternak mengalami kerugian besar karena kematian hewan ternak. Kelaparan pun meluas. Para korban yang selamat dari letusan Gunung Tambora juga menderita, karena air yang mereka konsumsi tercemar material beracun dari abu vulkanik, yang menyebabkan berbagai penyakit.
Ketika peristiwa dahsyat itu terjadi, dilaporkan sekitar 48 ribu orang tewas di Sumbawa dan 44 ribu lainnya di Lombok. Kejadian ini juga menyebabkan kelaparan yang parah. Penduduk terpaksa makan daun kering dan umbi-umbian beracun, sehingga puluhan ribu orang memilih mengungsi ke Jawa, Bali, dan Sulawesi Selatan untuk menghindari kelaparan.
Demikianlah kilasan sejarah Gunung Tambora yang terkenal dengan salah satu letusan terdahsyat di dunia. Gunung ini menjadi saksi sekaligus berpengaruh dalam perkembangan peradaban di NTB pada masa lampau. Saat ini Gunung Tambora menjadi destinasi yang populer bagi wisatawan lokal maupun asing. Baca juga daftar gunung tertinggi di dunia yang sulit didaki.
Ikuti terus berita terkini dalam negeri dan luar negeri lainnya di VOI. Kami menghadirkan info terbaru dan terupdate nasional maupun internasional.