Presiden Putin Pilih Ekonom Sipil Jadi Menteri Pertahanan Rusia Gantikan Shoigu, Antisipasi Perang Ekonomi?
JAKARTA - Presiden Rusia Vladimir Putin memilih ekonom sipil untuk menduduki posisi menteri pertahanan, langkah yang dinilai sebagai persiapan Rusia untuk menghadapi perang ekonomi, sekaligus mencoba memanfaatkan anggaran pertahanan dengan lebih baik dan memanfaatkan inovasi yang lebih besar untuk menang di Ukraina.
Mantan Wakil Perdana Menteri sekaligus ekonom berusia 65 tahun Andrei Belusov ditunjuk Presiden Putin sebagai Menteri Pertahanan menggantikan sekutu lamanya, Sergei Shoigu.
Shoigu yang telah bertanggung jawab atas bidang keamanan sejak pertengahan tahun 2012 dan salah satu orang kepercayaan Presiden Putin sejak lama, akan dipercaya sebagai Sekretaris Dewan Keamanan Rusia yang berpengaruh, menggantikan sekutu Presiden Putin lainnya, Nikolai Patrushev, serta memiliki tanggung jawab terhadap industri militer, kata Kremlin, melansir Reuters 13 Mei.
Perubahan tersebut, yang diperkirakan akan disetujui oleh anggota parlemen, adalah perubahan paling signifikan yang dilakukan Presiden Putin terhadap komando militer sejak mengirim puluhan ribu tentara ke Ukraina pada Februari 2022 dalam apa yang disebutnya operasi militer khusus.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, perubahan itu masuk akal karena Rusia sedang mendekati situasi seperti Uni Soviet pada pertengahan 1980-an, ketika otoritas militer dan penegak hukum menyumbang 7,4 persen dari produk domestik bruto (PDB).
Hal ini, kata Peskov, berarti sangat penting untuk memastikan pengeluaran tersebut selaras dan lebih terintegrasi ke dalam perekonomian negara secara keseluruhan. Itulah sebabnya, Presiden Putin kini menginginkan ekonom sipil untuk menduduki jabatan di Kementerian Pertahanan.
"Orang yang lebih terbuka terhadap inovasi adalah orang yang akan menang di medan perang," kata Peskov.
Diketahui, Shoigu dikritik habis-habisan oleh blogger militer Rusia atas serangkaian kemunduran yang terpaksa dilakukan militer Rusia pada tahun 2022.
Mendiang Yevgeny Prigozhin, pemimpin kelompok tentara bayaran Wagner dan salah satu pengkritik paling sengit Shoigu, memimpin pemberontakan yang gagal semula dimaksudkan untuk menggulingkan Shoigu, sebelum membatalkan rencananya di tengah jalan. Belakangan, Prigozhin tewas dalam kecelakaan pesawat.
Sementara itu, Belousov, mantan menteri perekonomian yang dikenal sangat dekat dengan Putin, memiliki visi yang sama dengan Pemimpin Kremlin tersebut untuk membangun kembali negara yang kuat.
Ia juga pernah bekerja dengan para teknokrat terkemuka Putin yang menginginkan inovasi lebih besar dan terbuka terhadap ide-ide baru. Ia juga tercatat memainkan peran penting dalam mengawasi program drone Rusia.
Perombakan tersebut dikatakan menunjukkan keinginan Presiden Putin untuk meningkatkan perang di Ukraina, memanfaatkan lebih banyak perekonomian Rusia untuk perang tersebut, setelah negara-negara Barat berupaya, namun sejauh ini gagal, untuk menenggelamkan perekonomian dengan sanksi.
Baca juga:
- Korban Tewas Akibat Banjir Bertambah jadi 143 Orang, Pemerintah Brasil Umumkan Dana Darurat
- Presiden Erdogan Nilai AS dan Eropa Tidak Berbuat Cukup untuk Menekan Israel Terkait Gencatan Senjata di Gaza
- Menlu AS Blinken Sebut Israel Tidak Memiliki Rencana yang Kredibel untuk Melindungi Warga Sipil di Rafah
- Menlu Inggris Sebut Larangan Ekspor Senjata ke Israel hanya akan Memperkuat Hamas
Para ekonom Rusia sejauh ini telah menjamin stabilitas dan pertumbuhan ekonomi meskipun ada sanksi terberat yang pernah dijatuhkan terhadap negara-negara besar, meskipun kegagalan militer Rusia terungkap segera setelah invasi.
"Usulan untuk menunjuk salah satu ekonom dan menteri negara utama di blok ekonomi untuk memimpin Kementerian Pertahanan mungkin berarti, Putin berencana memenangkan perang dengan pabrik industri pertahanan dan pasar internasional," kata Alexander Baunov, seorang mantan diplomat Rusia yang sekarang menjadi peneliti senior di Carnegie Russia Eurasia Center.
"Strategi kemenangan dalam kasus ini bukanlah mobilisasi dan terobosan, namun tekanan perlahan terhadap Ukraina dengan kekuatan superior dari kompleks industri militer Rusia dan perekonomian secara keseluruhan, yang tampaknya harus dibuat agar dapat berjalan lebih efektif," tandasnya.