Kepercayaan Diri dan Permainan Pikiran Sangat Penting dalam Adu Penalti
JAKARTA – Dalam sepak bola, babak adu penalti disebut sebagai momen paling menegangkan. Di fase ini, tidak hanya butuh pemain dengan skill mumpuni, tapi juga kesiapan mental dan kepercayaan diri sang eksekutor.
Indonesia mencetak sejarah setelah menyingkirkan tim kuat Korea Selatan di babak perempat final Piala Asia U23, melalui sebuah laga menegangkan di Stadion Abdullah bin Khalifa, Jumat (26/4/2024) dini hari WIB.
Datang sebagai tim debutan, tim yang diarsiteki Shin Tae-yong berhasil membungkam peragu dengan melenggang ke semifinal. Tak hanya itu, Garuda Muda juga membuka peluang lolos ke ajang Olimpiade pertama sejak 1956.
Tapi perjuangan Indonesia untuk memulangkan Korsel tidak mudah. Dua kali memimpin, dua kali pula tim Hwang Sun-hong membuyarkan keunggulan tim Merah Putih. Babak adu penalti pun dilakukan untuk menentukan siapa yang lolos ke tahap selanjutnya.
Menurut penelitian, kepercayaan diri dan mental memiliki peran penting - meski bukan satu-satunya penentu – dalam keberhasilan mencetak gol dari titik putih.
Ujian Mental dan Keterampilan
Lionel Messi menjadi penendang pertama pada babak adu penalti di final Copa America 2016 melawan Cile. Waktu itu, beban berat ada di pundak La Pulga. Ia seolah menjadi satu-satunya orang yang memiliki kewajiban mengantar Albiceleste juara untuk pembuktian bahwa dirinya adalah greatest of all time (GOAT) sesungguhnya.
Maklum, Messi sebelumnya sudah dua kali beruntun kalah di final turnamen internasional bersama Argentina. Pertama di Piala Dunia 2014 melawan Jerman, kemudian Copa America 2015 kontra Cile.
Dengan ekspektasi yang begitu tinggi, sepakan Messi dari titik penalti jauh dari harapan. Tendangan kaki kirinya melenceng di atas mistar, dan Albiceleste kalah 2-4 seusai main imbang tanpa gol selama 120 menit.
Kembali ke pertandingan Korsel melawan Indonesia. Saat adu penalti, dari 12 kesempatan ada satu penggawa Garuda Muda yang gagal merobek jala Baek Jong-bum, yaitu Arkhan Fikri. Ia menjadi eksekutor keenam, setelah lima penendang sebelumnya berhasil.
Sepakan Arkhan melebar ke sisi kanan gawang Korsel, padahal jika saja dia berhasil, Indonesia bakal memimpin karena tendangan lawan sebelumnya, berhasil digagalkan Ernando Ari.
Mengutip Goral Soccer, dalam babak adu penalti yang penuh risiko, kepercayaan diri bisa menjadi penentu antara kemenangan dan kekalahan. Tendangan penalti dalam sepak bola adalah ujian sesungguhnya atas kemampuan dan kekuatan mental.
Kemampuan mengeksekusi tendangan dengan tenang menjadi pembeda antara pemain dengan skill mumpuni dan pemain lainnya. Terdapat kemungkinan bahwa pemain yang memiliki kemampuan dan ketenangan lebih sukses dalam eksekusi penalti.
“Adu penalti adalah pertarungan keberanian dan ketelitian, di mana keterampilan lebih unggul dibanding keberuntungan. Ini adalah puncak dari latihan selama bertahun-tahun, mengasah teknik untuk menghasilkan tembakan yang dieksekusi dengan sempurna,” tulis Goral Soccer.
“Kekuatan mental untuk tetap tenang di bawah tekanan dan kemampuan untuk konsisten mencapai target yang pada akhirnya menetukan hasil.”
Mind Game Ernando Ari
Ernando Ari mendapat perhatian khusus setelah partai perempat final. Penampilannya di bawah mistar gawang layak diacungi jempol. Kiper andalan Persebaya Surabaya ini tercatat mengagalkan dua penalti Korsel yang dieksekusi Kang Sang-yun dan Lee Kang-hee. Selain itu, ia juga turut menyarangkan satu gol.
Dalam drama adu penalti yang menegangkan, jogetan Ernando setelah menepis sepakan lawan menjadi perhatian. Pemain 22 tahun ini dianggap meniru aksi penjaga gawang Argentina Emiliano Martinez di final Piala Dunia 2022.
Sebelum laga Argentina melawan Prancis, publik membahas persaingan dua bintang, Lionel Messi dan Kylian Mbappe. Tapi di akhir laga, nama yang mencuri perhatian justru Emiliano Martinez.
Setelah gagal membendung sepakan Mbappe, Martinez tak membiarkan dua penendang Les Bleus berikutnya, Kingsley Coman dan Auerelien Tchouameni, mengoyak jalanya.
Bukan hanya kemampuan membaca arah bola dan refleksnya yang menjadi perbincangan, tapi Martinez juga disebut melakukan mind game atau permainan pikiran yang ‘gila’.
Di area penalti, ia terlihat selalu berusaha mengganggu lawan dengan membuang bola, meminta wasit menempatkan bola di posisi yang benar, hingga berjoget persis di hadapan lawannya. Setelah berhasil menepis tembakan lawan, pemain 32 tahun ini berselebrasi dengan melompat, sesuatu yang jarang dilakukan seorang penjaga gawang.
Menurut Geir Jordet, seorang profesor dari Norwegian School of Sport Science, dalam akun Twitternya menulis, “Martinez mengatur panggung dan mengambil alih area penalti sejak awal” berkat permainan pikirannya.
“Penjaga gawang hampir tidak pernah melakukan selebrasi besar setelah menyelamatkan penalti. Martinez menunjukkan sesuatu yang langka,” kata Jordet lagi.
“Selebrasi yang meriah dan emosional menyampaikan kepastian, dominasi, dan supremasi yang menguntungkan rekan satu tim dan merugikan lawan. Penyelamatan pertama yang dilakukan Martinez sepenuhnya dimanfaatkan,” jelasnya.
Apa yang dilakukan Martinez, dilakukan pula oleh Ernando yang memang secara terang-terangan mengidolakannya. Pasca pertandingan persahabatan Indonesia kontra Argentina di Stadion Utama Gelora Bung Karno pada Juni 2023, Ernando girang berukar jersei dengan Martinez.
Baca juga:
Jadi, apakah gaya tengil Ernando saat drama adu penalti memang sengaja ia tiru dari Martinez untuk menjatuhkan mental lawan? Bisa jadi.
Yang jelas, saat ini Ernando berambisi mengikuti jejak sang idola yang mengangkat piala di negara yang sama hampir dua tahun lalu.
"Kami harus melanjutkan perjalanan kami dan ini bukanlah akhir. Kami ingin menjadi juara," kata Ernando, seperti dikutip dari laman resmi AFC.