Lembaga Negara Hampir Kolaps, PBB Sebut Hak Asasi Warga di Haiti sangat Terampas

JAKARTA - Dalam laporan PBB, masyarkat sangat terampas hak asasinya di Haiti. Hal ini dikarenakan lembaga-lembaga negara dalam kondisi hampir kolaps.

“Korupsi, impunitas dan tata kelola yang buruk, ditambah dengan meningkatnya tingkat kekerasan geng, telah mengikis supremasi hukum dan membuat lembaga-lembaga negara... hampir kolaps,” menurut laporan Kantor Hak Asasi Manusia PBB mengutip Antara.

Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Volker Turk mengatakan bahwa mengatasi ketidakamanan harus menjadi prioritas utama untuk melindungi masyarakat dan mencegah penderitaan lebih lanjut di tengah masyarakat Haiti.

“Sama pentingnya adalah melindungi institusi-institusi yang penting bagi supremasi hukum, yang telah diserang hingga ke akar-akarnya,” tambah dia.

Menurut laporan tersebut, hanya melakukan peningkatan keamanan “tidak akan membawa solusi jangka panjang” dan diperlukan kebijakan yang bertujuan memulihkan supremasi hukum dan pencegahan kekerasan.

“Sangat mengejutkan bahwa meskipun situasi di lapangan mengerikan, senjata masih terus berdatangan. Saya menyerukan penerapan embargo senjata yang lebih efektif,” kata Turk.

Haiti telah dikepung secara internal sejak pertengahan 2021 ketika geng-geng mengambil alih infrastruktur dan pergolakan dengan kekerasan menyebabkan perebutan wilayah. Bantuan medis telah hilang dan kelaparan pun terjadi karena persediaan makanan hampir tidak ada.

“Dampak ketidakamanan yang meluas terhadap masyarakat sangat mengerikan dan memburuk… dan masyarakat sangat kehilangan hak asasinya,” tambah laporan tersebut, yang mencakup periode dari 25 September 2023 hingga 29 Februari 2024.

Kerusuhan yang dilakukan geng-geng pada 18 Maret menargetkan lingkungan kelas atas yang sebelumnya damai di ibu kota negara tersebut, dan setidaknya belasan orang telah terbunuh.

Ribuan orang tewas saat konflik terjadi sementara ratusan ribu lainnya meninggalkan negara itu.

Kajian PBB mengatakan jumlah korban jiwa dan terluka akibat kekerasan oleh geng meningkat tajam pada 2023 dengan 4.451 tewas dan 1.668 terluka.

Secara terpisah, jumlah korban melonjak dalam tiga bulan pertama tahun 2024, 1.554 orang tewas dan 826 orang luka-luka hingga 22 Maret.