Pembangunan PLTP di Gunung Lawu dan Slamet Ngadat, Ganjar: Masyarakat Sekitar Enggak Setuju

JAKARTA - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan provinsinya memiliki potensi sumber energi baru terbarukan (EBT) yang sangat besar, mulai dari panas bumi hingga gas rawa. Namun, potensi-potensi ini belum dimanfaatkan secara maksimal.

"Beberapa potensi (EBT) yang ada ini belum tergarap dengan baik," tuturnya dalam diskusi virtual, Selasa, 2 Maret.

Saat ini, pemerintah mulai menekan penggunaan bahan bakar fosil. PLN bakal melakukan konversi 2 GW Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) ke Pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT).

Dengan potensi EBT yang melimpah, kata Ganjar, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mendukung program yang dilakukan PLN tersebut. Untuk itu, berbagai proyek investasi telah disiapkan.

Kata Ganjar, salah satu EBT yang dimiliki Provinsi Jawa Tengah adalah gas rawa. Menurut dia, karena lumayan cukup banyak di Jawa Tengah, pihaknya coba terapkan di beberapa tempat.

Berdasarkan kajian yang dilakukan, kata Ganjar, Jawa Tengah memiliki cadangan gas rawa sebesar 14.528.394 SCF. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah mengembangan pemanfaatan potensi gas rawa di 8 daerah di Jawa Tengah.

Adapun daerah tersebut adalah Kabupaten Sragen, Kabupaten Cilacap, Kabupaten Semarang, Kabupaten Banjarnegara, dan Kabupaten Grobogan.

Selain gas rawa, kata Ganjar, Jawa Tengah juga memiliki potensi panas bumi yang cukup besar. Tercatat, potensi energi yang dihasilkan dari panas bumi di Jawa Tengah bisa mencapai 517 MW. Meskipun demikian, pemanfaatan sumber energi ini masih terkendala penolakan dari masyarakat.

"Gunung Lawu sekarang mau disiapkan (proyek investasi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi atau PLTP), tapi rakyat belum setuju," tutur Ganjar.

>

Masalah yang sama juga terjadi di Gunung Slamet. Kata Ganjar, pembangunan terkendala penolakan dari masyarakat yang menilai proyek ini merusak hutan.

"Gunung Slamet sudah jalan investasinya ngadat-ngadat begitu. Sehingga ketika mulai dikerjakan investasi besar, ternyata masyarakatnya belum terlalu disosialisasikan, diajak bicara sehingga protesnya ini sebenarnya mengelola panas bumi atau mau merusak hutan," tuturnya.

Ganjar berujar keberhasilan pemanfaatan energi panas bumi seperti yang dilakukan di Pegunungan Dieng mesti dilanjutkan di wilayah lainnya. Hal ini karena, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mencatat Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) panas bumi di Dieng berhasil memproduksi 60 MW energi.

Kini, sebanyak 3 WKP di Jawa Tengah telah memasuki tahap eksplorasi. WKP tersebut berlokasi di Umbul Telomoyo, Baturaden, dan Ungaran.

WKP Ungaran diproyeksikan mampu menghasilkan daya listrik sebesar 55 MW. Namun, kata Ganjar, keberhasilan proyek ini sangat bergantung pada dukungan masyarakat.

"Ini potensi lokalnya cukup bagus dan ini jadi komitmen yang kuat dari teman-teman. Sambil kita mengedukasi agar masyarakat mau melakukan ini dan kita coba mendampingi dengan kekuatan yang kita miliki," tuturnya.