Israel Putuskan Gelar Operasi Militer di Rafah, Gedung Putih: Kami Tidak akan dan Tidak Bisa Mendukung
JAKARTA - Amerika Serikat mengatakan tidak bisa dan tidak akan mendukung operasi militer Israel di Rafah, lantaran belum adanya rencana yang jelas mengenai nasib warga sipil di wilayah tersebut, saat Israel memutuskan untuk melakukan serangan terhadap wilayah tersebut.
Pihak Gedung Putih mengatakan pada Hari Minggu, mereka masih belum melihat rencana yang "kredibel" dari Pemerintah Israel, tentang bagaimana mereka akan melindungi ratusan ribu warga sipil di Gaza selatan, jika mereka melakukan operasi militer di Kota Rafah.
“Kami tidak akan mendukung, tidak dapat mendukung, operasi di Rafah yang tidak memiliki rencana yang dapat dilaksanakan, dapat diverifikasi, dan dapat dicapai untuk mengurus 1,5 juta orang yang mencoba mencari perlindungan di Rafah,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby di "Fox News", melansir CNN 18 Maret.
Lebih jauh Kirby menerangkan, Pemerintah Israel mengatakan mereka mempunyai rencana evakuasi yang disebut "pulau-pulau kemanusiaan". AS hanya terbuka "setiap rencana yang kredibel untuk mengurus pulau-pulau tersebut. Namun kami belum melihatnya."
Komentar tersebut muncul setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pada Hari Minggu, rencana operasional Rafah telah disetujui.
Sebelumnya, berbicara dalam rapat kabinet Hari Minggu, PM Netanyahu mengatakan Israel akan menyerang Rafah, satu-satunya wilayah di Gaza yang relatif aman sejauh ini dalam perang yang sudah berlangsung selama lima bulan.
"Kami akan beroperasi di Rafah, dan itu akan terjadi," katanya, tanpa menjelaskan apakah yang ia maksud adalah serangan itu akan berlangsung selama berminggu-minggu atau akan dimulai dalam beberapa minggu, melansir Reuters.
"Ini akan memakan waktu beberapa minggu, dan itu akan terjadi," kata PM Netanyahu.
PM Netanyahu lebih jauh menerangkan, "rencana operasional tindakan di Rafah, termasuk memajukan langkah-langkah untuk mengevakuasi penduduk sipil dari zona pertempuran," telah disetujui.
Baca juga:
- Vladimir Putin Menang Telak di Pilpres Rusia, Raih Suara Tertinggi Pasca-Uni Soviet
- Bertemu PM Netanyahu, Kanselir Jerman: Keamanan Israel Terletak pada Solusi Bersama Palestina, Bukan Melawannya
- Drone Ukraina Diklaim Sukses Serang 12 Kilang Minyak Rusia
- PM Netanyahu Sebut Operasi Militer di Rafah akan Memakan Waktu Beberapa Minggu
"Ini adalah tahap penting menjelang aksi militer," katanya.
Kendati Ia mengatakan Israel mempunyai rencana untuk mengevakuasi warga sipil dari Rafah, namun lembaga bantuan dan sekutu Israel tetap skeptis.
Diketahui, Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan badan-badan bantuan lainnya telah meningkatkan kekhawatiran mengenai potensi serangan ke Rafah, mengatakan warga Palestina yang berlindung di sana telah mengungsi dari tempat lain di wilayah tersebut dan tidak memiliki tempat yang aman untuk ditinggali.