Titik Terendah yang Membuat Dian Sastrowardoyo Percaya adanya Tuhan

JAKARTA - Artis Dian Sastrowardoyo menceritakan momen titik terendah dalam hidupnya pasca belum lama memutuskan untuk menjadi mualaf. Momen ini terjadi di tahun 2002 ketika ia berada di Bali setelah tragedi bom Bali satu.

Pada saat itu Dian harus melanjutkan perjalanannya ke Singapura untuk bertemu ibunya. Ia menceritakan kalau harus ada di Bandara Gusti Ngurah Rai pada pukul 3 pagi, momen melelahkan dimulai ketika ia salah turun gerbang masuk pesawat.

"Gue dari hotel itu berangkat jam 3 pagi, gelap-gelap, masih sunyi gitu dalam keadaan Bali lagi kayak kota mati. Gue di drop di Bandara Ngurah Rai, kan? Salah drop. Si pintar ini di drop-nya di domestik. 'Oh iya gue kan internasional'. Jalan kaki lah gue dari domestik ke internasional. Jauh wak 2 atau 3 kilo," cerita Dian Sastrowardoyo dikutip VOI dari YouTube Denny Sumargo, Jumat, 15 Maret.

Dian menjelaskan suasana pada saat itu sangatlah sepi, ia mengatakan bahwa sepanjang mata memandang tidak ada satu orangpun yang ia temui untuk bisa membantunya membawa barang bawaan.

"Gotong-gotong jam 3 pagi, seorang Dian Sastro ini yang baru saja mualaf ini, kagak ada orang asli. Dan itu benar-benar jam 3 pagi satu orang manusia pun sepanjang sejauh mata memandang tidak ada satupun," sambung Dian.

Kesialannya ternyata tak berhenti sampai di situ, wanita berusia 41 tahun ini lupa menyiapkan uang untuk membayar fiskal. Entah kenapa di saat itu Dian tidak bisa menemukan mesin ATM selama di bandara padahal waktu boarding sudah mepet.

Melihat hal ini, Dian yang sudah pasrah dan merasa kalau dunia seakan runtuh hanya bisa berdoa kepada Tuhan.

"Disitu gue udah lemas, gue cuma gini doang, 'ya Tuhan terserah deh. Kalau emang saya nggak jadi berangkat'. Tapi di situ gue merasa udah down banget, rasanya hidup tuh mau runtuh banget," paparnya.

Tak disangka setelah berdoa muncul sesosok petugas Angkasa Pura Bali yang menawarkan diri untuk membayarkan fiskal miliknya. Dari situlah Dian mulai percaya kalau Tuhan itu benar adanya.

"Tiba-tiba si bapak-bapak yang jaga Angkasa Pura Bali, orang Bali, 'sini mbak, saya bayarkan saja fiskalnya'. Tiba-tiba dibantu sama orang nggak dikenal," imbuhnya.

"Di situ gue percaya Tuhan itu ada. Elu kalau doa, elu dijawab. Tergantung seberapa pasrahnya elu berdoa," pungkas Dian.