Harga Daging Sapi Meroket, Bos ID FOOD Sebut Ada Andil Keterlambatan Impor
JAKARTA - Direktur Utama ID FOOD Frans Marganda Tambunan buka suara soal kenaikan harga daging sapi di awal Ramadan ini.
Dia bilang, keterlambatan impor daging sapi dari Brasil turut membuat harga daging terkerek naik.
Seperti diketahui, sepanjang tahun 2024 ini ID FOOD mendapatkan penugasan dari pemerintah melalui Badan Pangan Nasional (Bapanas) untuk melakukan impor daging sapi dari Brasil sebanyak 20.000 ton.
Adapun mengacu pada panel harga Bapanas, per 13 Maret, harga daging sapi rata-rata nasional Rp135.450 per kilogram (kg). Harga tertinggi Rp164.890 per kg berada di Provinsi Kalimantan Utara dan harga terendah Rp113.430 per kg di Nusa Tenggara Timur (NTT).
“Ada (penugasan intervensi ke pasar) jadi importasi kami juga telat dari Brasil, tapi sebenarnya saya enggak mau nyalain itu sepenuhnya,” katanya usai rapat dengan Komisi VI DPR, di Gedung DPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu, 13 Maret.
Saat ini, kata Frans, pihaknya sudah mendapatkan izin impor untuk daging sapi Brasil. Namun, kata dia, proses pengadaannya hingga sampai ke dalam negeri membutuhkan waktu 50 hari. Dengan begitu, diperkirakan akan masuk setelah Lebaran 2024.
“Brasil ke sini 50 hari, jadi habis Lebaran (sampai),” ucapnya.
Ketersediaan Modal Jadi Kendala
Frans mengaku ketersediaan modal menjadi kendala ID FOOD untuk merealisasikan penugasan impor daging sapi hingga saat ini.
Pada tahun-tahun sebelumnya, kata Frans, modal kerja didapatkan di akhir tahun.
Sementara, sambung Frans, proses pencairan pinjaman dari pemerintah baru dimulai pada awal tahun 2024 ini. Sehingga, turut berdampak pada terlambatnya realisasi impor daging sapi.
“Puasa, Lebaran kan bulan tiga, sebenarnya kalau kita punya duit kita harus udah mulai nyetok di akhir tahunnya untuk dibawa ke awal tahun,” tuturnya.
Karena itu, Frans berharap di masa yang akan datang pinjaman dari pemerintah untuk ID FOOD bisa cair pada akhir tahun.
Baca juga:
Dengan begitu, ID FOOD bisa melakukan menyediakan pasokan daging sapi baik dari lokal maupun impor.
“Kalau itu dapat, tahun depan mau terlambat atau tidak importasi, kami punya modal kerja, kami bisa stok untuk bawa ke awal tahun,” tuturnya.
Selain ketersediaan modal, Frans bilang kendala lain yang dihadapi pihaknya adalah terlambatnya izin impor dari Kementerian Perdagangan (Kemendag).
Frans mengaku belum semua izin impor dikantongi pihaknya. Bahkan, beberapa masih dalam proses pengadaan.
“Belum (realisasi) karena ada yang belum dapat persetujuan, ada yang lagi mau proses pengadaan,” jelasnya.