Jokowi Soal Suara PSI Meroket Tiba-tiba: Urusan Partai

JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) tak mau banyak bicara soal meroketnya suara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menurut Sistem Informasi Rekapitulasi (Sirekap) Komisi Pemilihan Umum (KPU). Ia minta masalah ini ditanyakan langsung ke partai yang dipimpin Kaesang Pangarep, anak bungsunya.

"Itu urusan partai. Tanyakan ke partai," kata Jokowi kepada wartawan di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Senin, 4 Maret.

Semua pihak juga diminta Jokowi untuk bertanya ke penyelenggara pemilu soal kenaikan suara signifikan PSI. "Tanyakan ke KPU," tegasnya.

Hingga kini suara PSI masih terus bertambah. Berdasarkan data real count KPU yang dipublikasi pada Senin, 4 Maret pukul 10.25 WIB, partai berlambang mawar itu telah mendulang 2.404.212 atau 3,14 persen suara.

Penambahan suara secara signifikan ini menjadi sorotan banyak pihak, salah satunya Ketua Majelis Pertimbangan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy atau Rommy. Ia minta operasi penggelembungan suara itu dihentikan.

Awalnya, ia mengaku mendengar ada operasi yang dilakukan aparat sebelum pencoblosan dimulai. Mereka menyasar penyelenggara pemilu di daerah dan menargetkan PSI memperoleh 50 ribu suara di tiap kabupaten/kota di Pulau Jawa dan 20 ribu suara di luar Pulau Jawa.

"Ini dilakukan dengan menggunakan dan membiayai jejaring ormas kepemudaan tertentu yang pernah dipimpin salah satu seorang menteri untuk memobilisasi suara PSI (dengan cara, red) coblos gambar," kata Rommy seperti dikutip dari keterangan tertulisnya, Senin, 4 Maret.

"Setidaknya itu yang saya dengar dari salah satu aktivisnya yang diberikan pembiayaan langsung oleh aparat sebelum pemilu," sambungnya.

Namun cara ini tidak berhasil karena hitung cepat menyebut partai besutan anak bungsu Presiden Joko Widodo (Jokowi), Kaesang Pangarep itu tidak lolos ke parlemen. Sehingga, ada dua cara lain yang dilakukan yaitu memindahkan suara partai yang lebih kecil dan suara tidak sah hingga menimbulkan keanehan di Sirekap KPU.

Keanehan ini, sambung Rommy, turut ditangkap oleh sejumlah surveyor seperti Yunarto Wijaya dan Burhanudin Muhtadi. Bahkan, nama terakhir sempat membuat grafik di akun X atau Twitternya untuk menggambarkan kenaikan suara PSI secara signifikan.

"Sampai-sampai hal ini trending di Twitter sebagai Partai Salah Input. Kalau partisipasi pemilih diasumsikan sama dengan 2019, maka suara sah tiap TPS = 81,69 persen x 300 suara = 245 suara per TPS. Itu berarti persentase suara PSI = 173/245 = 71 persen, dan seluruh partai lain hanya 29 persen," ungkapnya.

"Sebuah angka yang sangat tidak masuk akal mengingat PSI sebagai partai baru yang tanpa infrastruktur mengakar dan kebanyakan caleg RI-nya saya monitor minim sosialisasi ke pemilih," tegas Romy.