Salam Siku yang Sedang Disosialisasikan di Lingkungan Istana
JAKARTA - Lingkungan Istana sedang mempraktekan salam gaya baru, untuk mencegah penyebaran virus corona alias COVID-19. Salam ini bernama 'salam siku' dan sudah dipraktikkan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani dengan mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla, saat keduanya akan melakukan pertemuan dengan Wakil Presiden Ma'ruf Amin.
Dalam sebuah foto, Sri Mulyani tampak menempelkan siku tangan kanannya ke siku tangan kanan milik Jusuf Kalla. Menteri Keuangan itu tampak tersenyum lebar saat melakukan hal tersebut.
Di tempat berbeda, Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko mengatakan salam siku yang kini banyak dilakukan di lingkungan Istana dan juga pejabat negara lainnya merupakan suatu hal yang positif untuk mencegah penyebaran COVID-19. Apalagi, virus tersebut kini sudah ditetapkan sebagai pandemi oleh World Health Organization (WHO).
"Ya saya pikir itu cara bagus karena intinya kita sama-sama tidak tahu kalau memasuki area. Kalau salaman ada risiko, tapi kalau dengan cara-cara begini enggak ada yang tersinggung walaupun agak lucu-lucuan, tapi itu bagus," kata Moeldoko di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu, 12 Maret.
Jika sebagian besar lingkungan Istana melakukan 'salam siku', hal berbeda justru dilakukan oleh Wakil Presiden Ma'ruf Amin. Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) non-aktif ini tak melakukan salam siku. Dia menggunakan 'salam corona' saat menyapa mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla di kantornya. Adapun salam yang dimaksud adalah keduanya mengatupkan tangan mereka di depan dada, seperti salam Namaste, di India.
Terkait 'salam siku' yang dilakukan oleh Sri Mulyani, dan beberapa jajaran istana lainnya, ahli penyakit tropik dan infeksi dari RS Ciptomangunkusumo (RSCM), dr Erni Juwita Nelwan, SpPD, PhD mengatakan, hal itu sebenarnya masih kurang aman untuk mencegah penyebaran COVID-19. Apalagi, selama ini, sudah ada anjuran jika batuk atau bersin ditutupi dengan siku.
"Salam dengan siku sebenarnya risiko juga, karena batuk atau bersin di sarankan menutup dengan siku. Selain itu, jaraknya juga berdekatan," kata Erni ketika kami hubungi lewat pesan singkat.
Baca juga:
Apalagi, menurut anjuran WHO untuk pencegahan virus corona, sebaiknya seseorang tak berdiri terlalu dekat. Sebab, jika seseorang itu berdiri dalam jarak sekitar 1 atau 2 meter dari seseorang yang mengidap COVID-19, maka ada potensi terinfeksi virus tersebut.
Sehingga, kata Erni, lebih baik memang menggunakan 'salam corona' atau 'salam Namaste' seperti yang digunakan oleh Ma'ruf Amin. "Lebih baik karena tidak berdekatan," ungkapnya.
Diberitakan sebelumnya, tingginya jumlah kasus dan kematian COVID-19 di dunia mendorong Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa wabah virus tersebut menjadi pandemi.
Direktur Jenderal WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan jumlah kasus COVID-19 di luar China meningkat 13 kali lipat dalam dua minggu. Terdapat 118.000 kasus, lebih dari 4.000 kematian, dan virus itu telah berada di setiap benua kecuali Antartika.
Sebuah virus bisa dikatakan sebagai pandemi jika terdapat di banyak negara di seluruh dunia secara bersamaan. Sementara, wabah adalah kasus penyakit yang melebihi apa yang biasanya diharapkan dan epidemi adalah terdapat jumlah kasus lebih dari normal, perilaku tertentu terkait kesehatan, atau kejadian tertentu terkait dengan kesehatan di komunitas atau wilayah, menurut WHO.
"Kami sebelumnya tidak pernah melihat pandemi yang dipicu oleh coronavirus. Dan kami belum pernah melihat pandemi yang dapat dikendalikan pada saat yang bersamaan," kata Ghebreyesus, Kamis, 12 Maret.
"Menggambarkan sebuah situasi sebagai pandemi tidak mengubah penilaian WHO terhadap ancaman yang ditimbulkan oleh virus corona ini. Hal tersebut tidak mengubah apa yang dilakukan WHO dan tidak mengubah apa yang seharusnya dilakukan oleh suatu negara," tambah Ghebreyesus.
Di Indonesia, virus ini juga telah membuat 34 orang kini harus menjalani isolasi khusus agar penyebaran virus tak terjadi. Mereka dirawat di beberapa rumah sakit, salah satunya adalah Rumah Sakit Pusat Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Jakarta dan RSUP Persahabatan, Jakarta. Beberapa diantaranya, merupakan warga negara asing (WNA) ataupun mereka yang baru berpergian ke negara yang sudah terjadi penyebaran COVID-19.
Kasus pertama di Indonesia terjadi, setelah ada seorang warga yang melakukan close contact dengan seorang warga negara Jepang yang tinggal di Malaysia. Diketahui, warga Jepang ini sudah mengidap COVID-19 sejak 14 Februari lalu.