Salam Siku Pengganti Jabat Tangan di Tengah Wabah Corona
Menteri Keuangan Sri Mulyani dan mantan wakil presiden Jusuf Kalla (Foto: Instagram @jusufkalla)

Bagikan:

JAKARTA - Wabah virus Corona atau COVID-19 berdampak pada rasa kekhawatiran masyarakat. Langkah-langkah pencegahan pun dilakukan, dengan cara menggunakan masker dan menjaga kebersihan. Bahkan, beberapa penjabat di lingkungan Istana Kepresidenan pun memberikan contoh 'Salam Siku' sebagai pengganti jabat tangan, serta salah satu cara agar tidak berkontak langsung.

Salam siku mulai menjadi perbincangan usai beredar rekaman video yang memperlihatkan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Ketua Dewan Pertimbangan Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) Jusuf Kalla menemui Wakil Presiden Ma'ruf Amin.

Mereka melakukan salam siku atau dinamakan sebagai salam Corona, dan betujuan untuk mencegah penyebaran virus COVID-19. Namun, ada yang berpendapat salam siku kurang elok lantaran mengurangi rasa hormat kepada seseorang, khususnya di Indonesia yang menganut adat ketimuran.

Sosiolog Musni Umar menilai salam seperti ini kurang terlihat elok untuk diterapkan di Indonesia yang merupakan negara dengan adat ketimuran. Sebab, ada cara salaman lain yang lebih terlihat baik, contohnya dengan salam hati yang meletakan telapak tangan di bagian dada, sembari sedikit menudukan kepala.

Dia menilai, daripada memunculkan gimik seperti ini, para pejabat negara harusnya fokus dalam penanganan dan pencegahan penyebaran virus Corona yang berdampak besar bagi Indonesia.

Salah satu pejabat negara yang disoroti, yakni, Sri Mulyani. Menurutnya, Menteri Ekonomi itu lebih baik mencari solusi agar perekonomian Indonesia dapat membaik di tengah wabah COVID-19.

"Jelas dari pada memunculkan gimik itu, lebih baik fokus untuk memperbaiki apa yang saat ini menjadi persoalan. Contoh, soal nilai tukar rupiah yang saat terus saja merosot," kata Musni dihubungi VOI, Jumat, 13 Maret.

Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko mengatakan, salam siku yang kini banyak dilakukan di lingkungan Istana dan juga pejabat negara lainnya merupakan suatu hal yang positif untuk mencegah penyebaran COVID-19. Apalagi, virus tersebut kini sudah ditetapkan sebagai pandemi oleh World Health Organization (WHO).

"Ya saya pikir itu cara bagus karena intinya kita sama-sama tidak tahu kalau memasuki area. Kalau salaman ada risiko, tapi kalau dengan cara-cara begini enggak ada yang tersinggung walaupun agak lucu-lucuan, tapi itu bagus," kata Moeldoko di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu, 12 Maret.