Pemimpin Oposisi Israel Sebut PM Netanyahu Hambatan Utama Terwujudnya Perdamaian dengan Palestina

JAKARTA - Pemimpin Partai Buruh Israel Merav Michaeli mengatakan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu adalah hambatan utama bagi perdamaian, menuduhnya membangun jaringan propaganda sayap kanan yang telah "mencuci otak" penduduk Israel, serta membuat kesepakatan dengan Palestina menjadi sangat sulit.

Mantan menteri transportasi tersebut masih berpegang teguh pada harapan negaranya dapat "membangun masa depan yang lebih baik", terlepas dari trauma yang diderita akibat serangan Hamas pada 7 Oktober dan kehancuran Gaza.

"Dia jelas merupakan hambatan utama bagi perdamaian, dan dia jelas telah menghalangi perdamaian atau solusi politik apa pun selama bertahun-tahun berpolitik," kata Michaeli kepada The National News, seperti dikutip 22 Februari,

"Tetapi, bukan berarti hal itu tidak bisa diubah."

Politisi Israel tersebut melancarkan serangan pedas terhadap rekam jejak Netanyahu dalam jabatannya, mengatakan ia telah menghalangi "sesuatu yang positif terjadi di wilayah tersebut dengan orang-orang Palestina".

"Salah satu alasan 'membina; Hamas adalah untuk memastikan tidak ada perdamaian, karena hal itu berarti terbentuknya negara Palestina, yang merupakan hal yang sangat dilarang baginya," ungkapnya.

Partai Buruh Israel yang hingga tahun 1977 menjadi asal perdana menteri negara itu, selalu mendukung proses perdamaian Israel-Palestina.

Namun bahkan sebelum perang di Gaza, terdapat kekhawatiran bahwa Israel telah bergerak ke sayap kanan secara signifikan, khususnya di kalangan pemuda Yahudi.

Dalam 30 tahun berkiprah di garis depan politik, Netanyahu telah "membangun industri propaganda yang sangat besar", kata Michaeli, yang melaluinya ia "mencuci otak masyarakat Israel dengan sebuah narasi yang mengatakan, sayap kanan baik untuk orang Yahudi dan sayap kiri baik untuk orang Arab".

Anggota Knesset tersebut mengatakan karena semua pemuda Yahudi harus bertugas di tentara Israel, sebagian besar selama tiga tahun, hal ini telah membuat mereka terpapar pada militan Hamas atau Hizbullah yang, menurut pendapatnya, pada gilirannya telah memupuk pandangan sayap kanan mereka.

Lebih jauh pemimpin oposisi Israel mengatakan, PM Netanyahu mungkin masih memperhitungkan perjanjian damai dapat memungkinkan dia untuk tetap menjabat lebih lama. Jajak pendapat saat ini menunjukkan, ia akan kalah telak dalam pemilihan umum mana pun.

"Kemungkinan besar dia tidak akan melakukan perdamaian tapi mari kita beri dia manfaat dari keraguan, meskipun dia tidak pantas mendapatkan manfaat apa pun, bahwa mungkin keajaiban bisa terjadi."

Dengan terbukanya rasa tidak percaya yang mendalam antara warga Yahudi Israel dan warga Palestina setelah serangan Hamas, jalan menuju masyarakat yang damai tampaknya sulit untuk diselesaikan. Namun Michaeli mengatakan situasinya tidak bisa diubah.

"Lihatlah Jerman dan Prancis, ingat di mana mereka berada 75 tahun yang lalu, setelah konflik berdarah dan mengerikan selama bertahun-tahun, tidak terbayangkan bahwa keadaan akan berbeda,” katanya.

Dengan "keyakinan dan keberanian" yang melengkapi pembiayaan internasional yang besar, "Anda benar-benar dapat melakukannya".

Ia mengatakan, solusi dua negara adalah "kemungkinan yang nyata" yang dapat dipaksakan secara sepihak.

"Meskipun Netanyahu menentangnya, hal ini dapat diajukan kepada Israel sebagai sebuah fakta," ujarnya.

Ditambahkannya, sementara masyarakat Israel berfokus pada 1.200 korban tewas akibat serangan 7 Oktober, dengan sedikit pengakuan yang diberikan kepada lebih dari 29.300 warga Palestina yang terbunuh dalam serangan Israel, tingkat penderitaan di Gaza tidak dapat diabaikan.