Bakal Dilihat Delegasi Dunia, Ini Sederet Fakta Sistem Irigasi Subak Bali
JAKARTA - Indonesia akan menjadi tuan rumah untuk acara World Water Forum ke-10. Acara untuk menangani isu-isu air secara global ini akan digelar di Bali pada 18 hingga 25 Mei 2024.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menyebut, Bali sebagai lokasi yang tepat untuk World Water Forum ke-10 tahun 2024 lantaran sesuai dengan tema "Air untuk Kesejahteraan Bersama (Water for Shared Prosperity)".
Sebab, Bali merupakan salah satu tempat di Indonesia yang mengaitkan air dengan semua aspek kehidupan masyarakat. Salah satu yang disoroti adalah Subak.
Melansir dari akun Instagram resmi @kemenpupr, Senin, 19 Februari, Subak disebutkan sebagai cinta dan keharmonisan dalam pertanian Bali.
"Subak merupakan sistem pengairan sawah tradisional yang mengakomodasikan dinamika sosio-teknis masyarakat. Sistem Subak bekerja melalui pola kemasyarakatan dalam mengakses, mendistribusikan dan memanfaatkan sumber daya air," tulis PUPR.
Terdapat pula makna dan filosofi dari Subak itu sendiri. Subak dinilai sebagai refleksi dari konsep filosofi Tri Hita Karana, yang menyatukan hubungan harmonis antara Tuhan, manusia dan alam.
Baca juga:
Filosofi ini sejalan dengan prinsip-prinsip keberlanjutan yang memprioritaskan tujuan jangka panjang.
Tak sampai di situ, Subak bahkan telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia. Keindahan lansekap Subak yang luas dan bertingkat serta penerapan filosofi Tri Hita Karana dalam menjalankan tradisi pertanian dan pengairan diakui sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO pada 2012 silam.
"Kearifan lokal masyarakat Bali ini nantinya dapat dilihat langsung oleh para delegasi yang mengikuti World Water Forum ke-10 pada 18-25 Mei 2024 mendatang," imbuhnya.