JAKARTA - Delegasi studi ekskursi Energy Transition Working Group (ETWG) G20 mengunjungi desa berbasis energi baru dan terbarukan (EBT) di Desa Keliki, Ubud, Gianyar, Bali.
Para delegasi melihat langsung tempat pengelolaan sampah dengan pola reduce, reuse, dan recycle (TPS3R), eco-village, dan agrikultur berbasis EBT di salah satu Desa Energi Berdikari binaan PT Pertamina (Persero) tersebut.
Di Desa Keliki, terpasang delapan titik panel surya (solar PV) dengan total kapasitas terpasang sebesar 28 kWp.
Panel surya yang setara dengan pengurangan emisi karbon sebesar 36.750 kg CO2 per tahun tersebut dipasang secara bersama oleh Tim GoGerilya Kementerian ESDM, Society of Renewable Energy (SRE), dan mahasiswa Universitas Udayana Bali.
Delegasi juga melihat pompa air bertenaga surya berkapasitas 2,5 kWp yang mengalirkan air ke sawah-sawah petani setempat. Selain ramah lingkungan, pompa surya juga menjadi solusi permasalahan kekurangan air irigasi.
I Ketut Sulastra, petani Desa Keliki, mengungkapkan pompa air tenaga surya memberi manfaat bagi petani dalam bercocok tanam, terutama di hilir dalam menghadapi musim kering.
"Permasalahan di Desa Keliki ini, saat musim kering, airnya kecil dari hulu, tidak sampai ke bawah, sehingga membuat bercocok tanam mengalami kendala, bisa 2-3 minggu. Sekarang sudah lancar," ujarnya saat memberi penjelasan kepada para delegasi.
Selain irigasi, air dari pompa tersebut juga dimanfaatkan untuk minum warga.
BACA JUGA:
Sementara itu, Kepala Desa (Perbekel) Keliki I Ketut Wita mengatakan semangat pemuda dalam membangun irigasi sawah di tujuh subak tersebut juga menular ke warganya.
"Semua pihak membantu, bersemangat, dan bergotong royong dalam membangun," ujarnya.
Kehadiran EBT, lanjutnya, juga mendukung upaya Desa Keliki membangkitkan kembali pariwisata yang sempat sepi akibat pandemi. Wita pun berharap kunjungan delegasi G20 akan semakin mengenalkan Indonesia kepada dunia.
Desa Keliki menjadi satu dari 11 desa, yang dibina Pertamina dan melibatkan secara langsung anak muda, untuk berkontribusi dalam transisi energi di Indonesia.
Kegiatan tersebut dilakukan anak muda berusia di bawah 25 tahun yang sudah tersertifikasi melalui program Gerakan Inisiatif Listrik Tenaga Surya (Gerilya) Kementerian ESDM.